hal yang membuat saya langsung menitihkan air mata adalah ketika bapak saya menjawab pertanyaan pak naip “saya akan menikahkan anak saya sendiri” . ditengah tradisi masarakat sekitar yang menikahkan anak nya selalu terwakilkan oleh pak naip.
...
sungguh panjang perjuangan kami untuk hal besar ini. Saya lahir dari keluarga jawa dan cina yang pada tahun orang tua saya menikah birokrasi pernikahan begitu sulit, persaratan persaratan agar pernikahan tercatat di catatan sipil begitu sulit, bagaimana tidak ketika ibu saya di suruh mengurus perpindahan warga negara sedangkan ibu saya sendiri adalah orang indonesia yang sudah memiliki akta lahir indonesia. Bagaimana tidak ketika orang tua ibu saya harus berpindah agama ke Islam sedangkan agama adalah hal sakral manusia dengan sang pencipta.
.
Kesulitan mengurus birokrasi dimasa itu membuat ibu dan bapak saya menikah secara agama tanpa tercatat di catatan sipil, hal ini saya ketahui setelah saya lulus kuliah dan meminta bapak saya untuk membantu saya mengurus akta lahir. Baru di sini beliau menceritakan duduk permasalahan kenapa saya sampai di umur itu tidak memiliki akta lahir.
.
bapak saya khawatir bahwa saya akan malu atau sedih melihat latar belakang orang tua saya. Namun tidak saya sungguh bangga memiliki keluarga ini, saya bangga kepada kakek saya yang seorang pemuka agama pada masa itu mau menikahkan ayah saya dan ibu saya, saya sungguh bangga dengan pernikahan orang tua saya yang mengajarkan banyak hal tentang toleransi terhadap saya sedari kecil. saya bangga pada popo dan kungkung yang telah berkorban banyak melepaskan anak perempuan pertamanya untuk ayah saya.
.
di tahun 2016 saya mulai memutuskan akan mengurus permasalahan birokrasi ini perlahan lahan, beberapa data saya kumpulkan tentang bagaimana mengurus pembukuan pernikahan orang tua saya. Dan mengontak beberapa sahabat yang bekerja di dinas boyolali juga saya lakukan untuk mendapatkan koneksi.
.
Disini mulai saya petakan hal hal yang saya harus lakukan, begitu polanya sudah saya temukan kemudian saya mengontak pihak pihak yang berkaitan, seperti kementrian agama boyolali, kantor urusan agama ampel dan pihak pendukung lain nya. Sampai pada titik saya merasa harus pulang untuk memulai pergerakan. Ternyata semua tidak berjalan sesuai rencana saya, banyak pergolakan pergolakan yang tidak sesuai dengan informasi yang saya himpun sebelumnya.
.
Hal yang sudah terencana mentah lagi, mulai dari awal lagi, terlebih melibatkan banyak pihak di dalam nya membuat pengambilan keputusan juga menemui berbagai pertimbangan.
Bapak saya pernah berkata “tak apa kalau pada waktunya nanti kau harus di nikahkan dengan wali hakim”.
bagaimana saya bisa melakukan hal itu ketika bapak saya masih di hadapan saya namun tidak bisa menikahkan saya karna terhalang persaratan birokrasi negara.
Kita akan melakukannya bersama, menyelesaikan birokrasi ini selangkah demi selangkah kata ku pada beliau.
.
2016 sampai 2018 perjuangan yang saya rasa panjang dan penuh pergolakan hati di dalamnya sampai saya bingung bagaimana saya menuliskan detail nya. Menghabiskan waktu iya, Melelahkan fisik iya, menghabiskan dana iya, melelahkan emosi jiwa juga iya. sampai di tahun 2018 setelah 2 tahun sidang itsbat nikah dapat dilaksanakan dan pengadilan memutuskan mengakui pernikahan ayah saya di masa lalu, hal ini membuat saya dan adik saya dapat di akui anak dari bapak saya dalam akta lahir.
...
20 april 2019
ketika bapak saya kemudian menjabat tangan calon suami saya untuk mengucapkan ijab dan kobul. pecah sudah tangis saya, mengingat perjuangan kami yang begitu panjang untuk sampai pada masa ini.
mengigat bahwa kemudian bapak saya tidak lagi memiliki kewajiban dan tanggung jawab lagi terhadap saya. Bagaimana tidak anak perempuannya yang selalu di anggapnya kecil ini harus dengan rela ia serahkan kepada laki laki lain yang di anggap nya mampu membimbing dan melindungi anak nya, menggantikan tugas beliau. Bapak saya menangis, yang saya ketahui ini kali kedua bapak saya menangis setelah yang pertama ketika adik saya meninggal. Bapak saya yang selalu terlihat garang dan paling maco di antara kami menitihkan air mata, dan meruntuhkan pertahanan saya untuk tidak terisak isak.
.
kelak, akan saya ceritakan momen ini pada anak anak saya, sebagai cerita pengantar tidur mereka, agar mereka bisa menjadi anak yang penuh toleransi dan berhati lembut.
Komentar
Posting Komentar