Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Adaptasi Lidah

adaptasi lidah ?? adaptasi lidah adalah sebuah kondisi dimana lidah harus menyesuaikan dengan cita rasa daerah setempat (menurut saya). jika mengunjungi sebuah kota, selain tempat wisata menu kuliner salah satu yang menjadi pilihan saya. berburu kuliner di kota orang menjadi menarik karena kita akan mencari dan berburu makanan makanan yang menjadi ciri khas daerah tersebut. nah loh kalo ini bukan berburu kuliner, namun lebih pada lidah harus menyesuaikan dengan iklim makanan setempat. karena tinggal di kota baru, mau tidak mau saya juga menyesuaikan dengan makanan setempat. Di surabaya tepatnya tandes, saya masih kesusahan menemukan makanan yang sesuai dengan lidah saya. Terbiasa dengan berbagai makanan yang memiliki citarasa pedas, lah kok neg kene sitik (lah kok di sini sedikit).

Trend Mendaki Gunung

Saat mendaki gunung merapi kemarin tanggal 3 mei 2015, perasaan dan pikiran saya mengotak atik tentang fenomena mendaki gunung yang sedang marak di  kalangan masyarakat saat ini. Bukan lagi sekedar penggiat alam namun hampir semua elemen masyarakat mulai menjamahi dunia mendaki gunung. Ingatan ku masih melekat pada 4 tahun yang lalu, ketika mendaki gunung di anggap sebagai sebuah kegiatan yang sia sia semata, kegiatak konyol yang memakan resiko besar. Dan saat dimana saya di anggap aneh oleh beberapa teman saya karena melakukan kegiatan tersebut. "Buat apa naik gunung ?, memangnya di atas sana ngapain aja ?, bawa barang barang banyak hanya sekedar pindah tidur saja bener bener kurang kerjaan"

Dari Boyolali ke Tandes Surabaya

Tanggal 23 mei 2015, saya melangkahkan kaki keluar tempat nyaman saya ( rumah) untuk mencari rezeki di kota orang. Sudah saya siapkan mental saya untuk moment ini, berusaha tidak meneteskan air mata di detik detik berpamitan dengan orang tua. berusaha terlihat tegar agar orang tua tidak bertambah cemas dengan anak nya yang mungil ini hehehe. Satu malam sebelumnya saya masih terbelit masalah perijinan orang tua, bapak saya masih ragu meng ijinkan saya berangkat ke Surabaya. Semalaman penuh kami berdiskusi perihal kemungkinan kemungkinan yang di khawatirkan ayah saya, tentang gambaran gambaran apa yang akan terjadi disana, tentang sahabat sahabat dan orang orang yang saya kenal disana, tentang semuanya, sampai ahirnya bapak saya mengijinkan saya dan merestui langkah saya walaupun dengan hati yang berat. Barang barang bawaan saya sudah saya kemas sepraktis mungkin, satu tas jinjing dan satu back pack harus cukup prediksiku,( tidak mau terlihat seperti pindah kampung). mulai menjinjing