Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Ribetnya birokrasi mendaki

Sekarang saya baru merasakannya ketika mendaki terhalang birokasi orang tua Ya kemarin saya bebas saja kesana kemari hanya berbekal ijin ibu, persoal bapak nanti laporannya saja setelah mendaki heheheh Kalo dulu sih d kos, mau gak balik juga gak kelihatan, nah lo sekarang mau gak pulang gimana orang jelas kelihatan orang dirumah, anak cewek lagi Dan sekarang mau mendaki susahnya bujubune kaya mau ijin nikah aja hehee Saya masih memikirkan bagai mana cara mendapatkan restu bapak Masih berusaha berangkat mendaki karna ijinnya Yo saya berpikir, tak bisa selamanya saya mendaki dengan bersembunyi darinya Saya harus menyelesaikan persoalan ini..bukan menghindarinya Saya masih berharap bapak akan berkata " ya hati hati nak, kamu harus pulang dengan selamat, belajarlah dari alam "  Hehehhee masih berjuang kata kata itu tak hanya jadi expektasi belaka Sebenarnya saya paham apa yang menjadi kehawatiran bapak saya Beberapa suara di luar sana tentang mendaki gunung

Bisikan rindu

Apa yang lebih merindukan dari melangkahkan kaki menuju kebesaran Mu Apa yang lebih merindukan dari menjelajahi alam bersamamu Beban berat di pundak Otot kaki yang tertarik Keringat berpuih Wajah pucat pasi Letih, tertatih Perkara wajar dalam setiap pendakian itu menjadi tak terasa karena kehadiran mu Tawamu Candaan mu Kekonyolanmu Rayuan bawel mu Menjadi obat penawar semua itu Melangkahkan kaki bersama Menembus pekatnya alam rimba Ransel d pundak menjadi wadah bekal kita Bersama bukan berarti berjalan bersama kanan dan kiri Kita berjalan bersama dengan kau memimpin di depan Aku tak ingin menjadi beban mu Aku akan berjalan walau tertatih menyeimbangkan langkah mu Kau selalu menengok kebelakang Memastikan aku masih berada di belakang mu Aku masih di sini tepat di belakang mu Karna aku tak mampu berjalan tanpamu Candi cetho kemudian candi ketek Lantas tanah menanjak mulai kita lalui Berjalan bersama bermula dari doa Berharap kembali dengan