5.
Jadian Sama Mas Yasin
Seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya, saat itu memang ada
beberapa orang yang berusaha mendekati ku. Salah satunya Muhammad Yasin yang
kemudian ku panggil mas Yasin karna memang usia nya lebih tua dari ku. Sebelum
aku menjelaskan bagaimana pada ahirnya aku bisa berpacaran dengan nya, mungkin
sebagai gambaran akan ku ceritakan lebih dulu bagaimana beberapa orang mendekatiku.
***
Mas Untung, iya yang kemarin mengajakku masuk Goa Bekah. Hampir tiap
hari hp ku berdering karenanya, entah itu sms entah itu telfon, kalau sedang
telfon dia bisa bercerita panjang lebar sampai terkadang aku bingung bagaimana
mengahiri percakapan itu. Aku selalu membalas pesan maupun telfon nya, ini
bukan bermaksud mem php atau member harapan palsu, aku rasa ini sebatas
menghargai orang lain.
Kontak di hp bukan kutulis nama terang nya, tapi hanya ku beri tanda titik saja. Ini lebih
karena anak anak se angkatan ku di mapala suka memeriksa HP orang lain dan
membaca beberapa pesan di dalamnya tanpa ijin. Mereka terkadang terlalu ingin
tau urusan orang lain, dan jika sampai mereka tau dengan siapa aku berhubungan dan
terlihat dekat, mereka akan membuat masalah seperti kapan hari dengan anak
Mapala kedokteran universitas tetangga.
Akibat mereka membaca Chat ku dengan anak
kedokteran itu hebohlah perjodohan ku dengan nya, ketika aku di mapala nya,
orang orang akan melihat ku dan berbisik bisik. Pernah juga seorang wanita dari
mapala itu bertanya “ benar ini balsem ?”
“ heh ?”
“kamu yang namanya balsem ya “
“eh, iya heheh, balesem” jawab ku sambil
menyodorkan tangan kepadanya. Saat itu kami di pertemukan dalam acara Mapalaku
sendiri yang mengundang tamu dari mapala mereka.
Mereka menjabat tangan ku lalu menyebutkan nama masing masing, dan kemudian mereka berbisik satu sama lain
“ oh ini yang nama nya balsem” kata wanita A
“iya, yang lagi deket sama Pikolo” jawab
wanita B
“iya lumayan juga”
Jiaaaaah aku dengaaaar, kenapa mereka
berbisik ketika aku masih di sanaaaa. Aah ini membuat ku agak terusik, kemudian
ku tinggalkan mereka berdua untuk lebih bebas membicarakan ku. Aku tidak begitu tertarik dengan apa yang mereka bicarakan, sekalipun itu tentang ku sendiri.
Adalagi omongan dari kawan
kawan mapala lainnya yang ikut berkomentar soal kami berdua.
“ah bu dokter” kata A
“Ah selerane balsem sing
stang bunder “ ( ah selera balsem yang bermobil)” kata B
“aaaaah pinta juga kau
pedekate sama calon dokter, tau aja mana yang tajir” kata C
“ah balsem bukan kelas
kita lagi nongkrong nya” kata D
oke oke aku tau kalau mungkin mereka hanya menggodaku atau sedang bercanda, tapi “Aaaaaaarrrrrhhhhhh aku
terganggu, aku tidak mendekatinya, tapi dia yang mendekatikuuuuuuuuuuuuu” rasanya aku ingin berteriak itu ketika mendengar mereka bicara.
Hal ini benar benar
mengganggu ku, ini juga yang menjadi alasan kenapa aku beberapa kali menolak
dan memilih untuk tidak berpacaran sesama anak mapala. Akan
merepot kan, sungguh merepotkan. Baru pendekatan aja sudah merepotkan, bagai
mana nanti kalau jadian atau bahkan kalau sampai putus nama organisasi bisa di
bawa bawa. Ini juga yang menjadi
alasan beberapa orang yang intensitas chat nya dengan
ku bisa di bilang sering akan aku sembunyikan nama mereka agar tak timbul
masalah serupa. Salah satunya ya Mas Untung ini.
Aku sedikit di mudahkan urusan dengannya, karna dia tidak pernah
benar benar mengungkapkan perasaanya. Selama belum terungkap sendiri olehnya
aku akan menganggap dia sebatas seorang teman yang harus aku hargai. Sekali pun
jelas dari bagaimana dia memperlakukan ku, panggilan yang dia gunakan kepada
ku, bagaimana dia membawa seolah aku adalah calon istrinya, untuk semua itu aku
tak mau ke ge er an. Aku bukan penebak sandi sandian yang handal, sebenarnya
ini karena bisa di bilang aku kurang peka hehehhee atau menolak peka, entahlah.
Kemudia bisa di bilang hubungan ku dengan mas Untung sedikit merenggang karna aku berpacaran dengan mas Yasin. dan saat itu dia terlihat kurang suka, dan mengungkapkan kata kata yang membuat ku merasa melihat sisilain darinya.
" wah kalau boleh tau, neng yang di sana sudah ada yang punya belum ?" tanya nya suatu hari
" wah sudah alhamdulillah" jawab ku
" iyakah, aaaah selamat ya"
" waaah makasi ya mas, ini gak minta di traktir kan?" jawabku sambil bercanda supaya dianya juga kebawa dalam suasan bercanda pikir ku
" wah ini ni yang orang orang itu aku gak tau kenapa malah salah memahami"
" hah, maksud nya mas?" tanya ku bingung dengan responnya
" kenapa kalau ada yang jadian musti minta di traktir coba"
" ooh mungkin sebagai bentuk sukuran kali mas"
" bentuk sukuran apa, apa yang mau di rayakan coba, orang berpacaran kok di rayakan, apa yang mau di sukuri"
" oh ya udah anggap aja yang lagi pacaran mau sedekah dan berbagi dengan ngasi traktiran ke temannya"
" oh ya udah anggap aja yang lagi pacaran mau sedekah dan berbagi dengan ngasi traktiran ke temannya"
" sedekah apa, kalau mau bersedekah ya ke orang yang membutuhkan, bukannya ke orang yang sudah mampu dengan embel embel mau pamer pacar"
apa ? kenapa ngomongnya gak nyantai ? siapa juga yang mau traktir kamu beneran heh ? aku cuman basa basi tauuuu, hari itu aku benar benar merasa tersingung dengan apa yang di omongkan mas Untung. Bisa benar benar aku ingat, hari itu lah hari dimana aku menjauh dari mas Untung. Ini memang bukan aku yang biasanya, aku pasti tidak akan bisa menjauhi orang lain terlebih mengetahui kalau orang itu menyukai ku, tapi ini sudah di batas sabar ku, aku sudah merasa tersinggung dengan nya.
***
Khoirul Huda, dia adalah teman ku di SMA. Kami dua tahun duduk di
kelas yang sama. Bisa dibilang hubungan antar teman sekelas IPA 3 ini masih
terjalin sampai saat ini. Bukan hanya dia, aku juga dekat dengan yang lain nya.
Pada waktu itu dia mulai berubah setelah kita mendaki gunung bersama, dia terlihat
lebih sering menghubungi ku.
Kalau Huda, dia lebih terang terangan mengungkapkan perasaan nya.
Sama seperti yang di lakukan oleh Sigit, salah satu anak malapa Dari Solo. Aku
sama kaget nya ketika mendengar Huda maupun sigit mengungkapkan semua itu, tapi
karna mereka memang sudah berteman dengan ku lebih lama aku bisa menyikapinya
dengan lebih tenang dan tidak menyakiti hati mereka. Setidak nya ini menurut ku
aku tidak tau apakah mereka sebenarnya tersinggung ketika aku menolak mereka
karena menanggap mereka bercanda dengan ku atau bahkan merasa tersakiti hatinya
sungguh aku tidak tau. Tapi sampai sekarang hubungan kami masih berjalan dengan
baik sekalipun intensitas nya tidak sebanyak dulu.
***
Defi Husein, Bukan Milea Adhnan Husei di buku Dilan hahahhaa, ini
sahabat ku sampai sekarang. Selain mas Untung, dia juga merupakan salah satu
orang yang namanya aku sembunyikan di HP. Masih dengan alasan yang sama untuk
menjaga privasinya, eh privasiku juga hahaha.
Setelah aku pikir pikir besar juga pengorbanan dia, entah kenapa saat itu aku merasa
dia hanya sabahat dekat ku yang begitu baik. Apakah aku jahat ? , aah harusnya
tidak, dia tidak pernah mengungkapkan perasaanya pada ku.
Pernah suatu ketika kita bersepeda dari Semarang kota tepat nya
masjid agung lama dekat Simpang Lima sampai Tembalang. Itu benar benar jauh,
dan jalannya menanjak, aku lebih sering mendorong sepedaku daripada menaikinya.
Padahal waktu itu defi hanya memiliki satu hari jatah libur dari 7 hari yang
ada dalam seminggu. Karena tempat nya bekerja bergerak dibidang kuliner, libur
harus bergantian dan tidak meiliki jadwal yang pasti. Tidak hanya itu, dia naik
kereta sampai Semarang hanya untuk makan malam dan bersepeda dengan ku sampai
Tembalang, setelahnya kemudian naik Bis lagi sampai Wonogiri karena esok hari
nya dia harus kembali bekerja. Defi sering melakukan hal itu ketika libur
kerja, terkadang dia mengajak jalan jalan, soal kemananya selalu di serahkannya
kepadaku. Dia juga terkadang terlihat kelelahan, aku tau itu pasti sungguh melelahkan
semarang wonogiri bukan jarak yang dekat apalagi di tempuh dalam hari yang
sama.
Sampai saat ini kami masih berteman baik, dia
tidak pernah mengungkapkan perasaanya, dan aku selalu menganggap perasaanya itu
sebagai solidaritasantar kawan sesama mapala.
***
Sekarang kita kembali ke mas Yasin. Mas yasin
berbeda dengan mereka semua. Dia menyatakan perasaannya dan membuat ku sedikit
kerepotan. Tidak seperti huda maupun sigit yang meskipun aku tolak kita tetap
bisa menjadi sahabat, mas yasin membuat nya sedikit rumit.
Suatu hari mas Yasin menyatakan perasaanya. Ya,
harus nya aku memiliki hak untuk memilih iya ataupun tidak, tapi kondisinya
tidak seperti itu. Dia memberi pilihan antara menerimanya dengan mengganti DP
dalam bbm menjadi gambar sebuah bunga yang di ambilnya dari lokasi tambang, atau
menolaknya dengan men delcon (delet contak) bbm nya. Ah pilihan macam apa ini,
jujur sesungguhnya aku tidak suka dibuat terlibat dalam perkara seperti ini.
Bukan kah seharusnya gampang aja kan, kalau tidak
suka ya tinggal delcon aja.
Aaarrgggh tapi aku bukan tipikal seperti itu, aku
bakalan ngerasa gak enak, sungkan dan merasa sudah menyakiti orang lain. Percayalah
perasaan itu sungguh tidak nyaman, beruntunglah orang orang yang bisa bersikap
terus terang dan membela diri mereka sendiri.
“ mas, apakah gak bisa di bicarakan ?” tanya ku ke
mas Yasin
“tinggal pilih aja, semisal iya ganti DP nya,
semisal enggak Delcon aja” jawab nya
“harus sampai delcon kah ?”
“iya gak papa, aku sudah siap dengan semua
kemungkinan”
“aku minta waktu buat mikir ya mas?”
“oh iya , gak usah buru buru gak papa”
Aaargggh aaaaaarggghhhh aku harus bagaimanaa, aku
sunguh di posisi yang serba tidak enak. Kenapa musti milih dua pilihan, itu
sungguh menyebalkan. Semalaman aku berpikir, berusaha mencari alasan untuk
berkata tidak, tapi tidak ada alasan untuk menolaknya.
Ganteng ?, iya
Agamanya bagus ?, iya
Lebih tua ?, iya
Udah kerja dan mapan ?, iya
Tiba tiba aku ingat perkataan ibuku, “kalau jadi
cewek yang penting itu ketemu orang yang menyayangimu, se tidak nya hidup mu
nanti tidak akan dipersulit, kalau kamu yang menyukainya dan dia tidak
menyukaimu, hidupmu akan menyakitkan”
Suka sama aku ?, iya
Aaaaahhh yasudah dijalani saja dulu lah pikir ku,
aku mengganti DP bbm ku dengan bunga yang dia maksud. Dan saat itu berarti kita
telah resmi berpacaran, tanggal berapa ya, aduh maaf aku lupa.
Komentar
Posting Komentar