1.
Balsem, iya teman teman kemudian memangil ku balsem, memang balsem yang itu, balsem obat gosok yang panas nya minta ampun. Aku rasa belum perlu aku memakai identitas yang sebenarnya di depan umum, untuk sementara seperti ini saja dulu tak mengapa. Oh ya tambahan saja, aku adalah seorang perempuan.
Balsem, iya teman teman kemudian memangil ku balsem, memang balsem yang itu, balsem obat gosok yang panas nya minta ampun. Aku rasa belum perlu aku memakai identitas yang sebenarnya di depan umum, untuk sementara seperti ini saja dulu tak mengapa. Oh ya tambahan saja, aku adalah seorang perempuan.
Pada mulanya aku mulai menuliskan
cerita ini karena kerinduan yang begitu mendalam padanya, sosok yang sudah tiga
tahun menemaniku berjalan melewati hari demi hari di masa susah maupun senang
ku. Dia yang karnanya aku menangis dan tertawa, karnanya nya juga tertulis
puluhan puisi cinta, dan karnanya kemudian perantauan ku tak begitu terasa
menyakitkan. Di tambah ketidak pastian akan masa depan, perihal tanda tanya
itu, dia kah yang kemudian menjadi pendamping hidup ku dan menua bersama. Dia kah yang di gariskan Tuhan kemudian berlabel
jodoh ku. Dia kah menantu laki laki yang akan di anggap anak sendiri oleh
Ayahku. Maka ku tuliskan cerita ini, cerita yang akan berahir seperti apa aku
sendiri tak mengetahuinya.
Awal Mei , 2014.
Minggu ini sepertinya hanya aku dan Oncil yang mengangur. Ketua
organisasi kami yang baru mendapat privilege mendaki gunung argopuro gratis,
dia pun mengajak satu kawan kami. Kawan kami yang lain mendaki gunung lawu dan
ungaran. Tersisa kami berdua, dua wanita yang kemudian memilin meninggalkan
Semarang menuju Jogja untuk melakukan kegiatan lapangan. Dilandasi rasa iri
berkegiatan lapangan aku kontak kawan ku dari Mahameru ( sebuah organisasi
penggiat alam di Jogja ), kami menyusun rencana untuk ber Caving ( kegiatan
penelusuran gua ) bersama di daerah Gunung Kidul. Sesuatu yang selalu
menyenangkan di lakukan salah satunya adalah bermain di kegelapan abadi ini.
Di gazebo bambu yang ala kadarnya di buat oleh tangan tangan
mahasiswa jurusan pertambangan ini terdapat sebuah korsi panjang pula di
sampingnya. Entahlah sepertinya memang kursi itu di letakkan disana untuk
menampung beberapa orang yang tak muat di gazebo ukuran 2,5 kali 3 meter itu.
Di kursi itulah dia duduk dan memainkan hp nya tanpa
memperdulikan orang lain. Memperdulikan ku dan oncil tepat nya kurasa. Layaknya
tamu yang budiman pada orang orang lain yang baru kali pertama kami lihat
wajahnya di situ kami menyebutkan nama dan menjabat tangan mereka. Termasuk padanya.
“ oncil “
“ balsem “ kemudian
aku menyebutkan nama dan bergantian menjabat tanganya setelah oncil.
Dan tanpa merubah ekspresi wajahnya yang datar dan dingin dia
menjawab kami dengan jawaban datar “ oh, iya, Noval” dengan hp yang masih mode
on di tangan kirinya.
Ah tak sampai satu detik, dia kembali dalam dunianya, entah
memainkan game apa itu di hpnya. Aku sendiri tidak begitu tertarik dengan apa
yg di mainkannya, aku lebih tertarik pada namanya yang sepertinya familiar
dengan cerita dari teman ku di semarang.
Siang itu sepertinya aku tak bisa mengikuti atmosfir perbincangan
ringan di gazebo itu, entah apa yang mereka perbincangkan karna aku sendiri
sibuk membicarakan namanya di otak ku. Oh inikah yang namanya kapan hari di
sebut karna kekerenannya saat mengikuti acara pelatihan caving bersama itu. Orang
yang dibilang lumayan keren dan goodlooking, yang bikin meleleh hati teman ku
karna mau mengantarkan nya pulang ke semarang sehabis acara pake motor. Ah ini
toh, gumam ku dalam hati sambil kembali melihat nya dari ujung rambut sampai
kaki.
Tiba tiba seseorang mengganggu nya.
“ eh Val, kok datar amat kau dengar nama mereka berdua, tak
aneh kah menurut mu, coba sebutkan lagi nama mereka coba” tanya seorang cowok
yang kuketahui memiliki rasa suka pada ku.
dalam hati ku bergumam “ alah nyari topik pembicaraan” sambil
ketawa simpul sepantas nya tanda mengikuti arus pembicaraan yang akan dia
mulai.
“oh, siapa ya tadi aku lupa” jawabnya mendongak meninggalkan
layar hp nya dan memandang ku tanpa ekspresi .
“aaaah sekeren itu kah anak di depan ku ini yang kemarin di
puja puja jadi idola baru teman ku itu, tak salah lihat po dia, darimana sisi
menariknya, kalo dilihat biasa saja seperti ini, heleh heleh heleeeh, cakep
dari mananya pulaaa, STANDART” gumam ku
dalam hati.
Week end ini pertemuan dengan nya tak lebih berkesan dari kegiatan
menyusuri keindahan kegelapan abadi. Melihat teratai gua yang tak semua orang
mengetahui lokasi keberadaanya. Laki laki yang memiliki rasa dengan ku ini
sepertinya ingin menunjukkan nya padaku, aah beruntung lah aku masih bisa
melihat keindahan yang terlahir dari proses menaun itu.
“Boleh lah usahanya” gumamku dalam hati.
Aku dan oncil akan pulang ke semarang
dengan cerita menarik dan dokumentasi yang cantik yang tak kalah dengan kawan
kawan kami pengembara lainnya. Dengan topik Gua buka "Dia"
bersambung...
Komentar
Posting Komentar