Minggu
training yang tersasa begitu panjang. Dalam satu minggu pertama kami bekerja
agendanya adalah pelahitan langsung dari dealer development Jakarta. Seorang
juru IT dan seorang lagi Akuntan di datangkan untuk membekali kami konsep
pekerjaan yang pada ahirnya akan kami kerjakan dalam hari hari berikutnya. Training
ini lebih di tujukan untuk kami bertiga, saya selaku head akuntan, seorang
karyawan lain sebagai seorang sales counter dan satu lagi sebagai seorang
kepala gudang.
Semua
pekerjaan yang akan kami lakukan dalam hari hari maupun bulan bulan berikut nya
di paksakan selesai diajarkan dalam satu minggu. Terlebih saya sebagai head
akuntan di tutut memahami pekerjaan dari sales counter dan kepala gudang juga.
Kepala saya rasanya mau pecah, saya harus mencatat semua yang harus saya
lakukan. Mencatat memperhatikan sekaligus memahami, seperti otak tangan mata
dan telingan bekerja dalam satu waktu. Melihat setelah kepulangan mereka
berarti saya harus melakukan semuanya seorang diri tanpa ada karyawan senior
yang bisa ditanya tentang pekerjaan yang akan saya lakukan. Hal itu membuat
saya merasa wajib paham dan bisa, tak ada alasan apapun kali ini paham hukumnya
harus.
Setiap
malam sehabis pulang kerja saya selalu menangis, tidak seperti merantau ke
semarang untuk menuntut ilmu, perantauan untuk perkara kerja ini lebih pelik.
Ketika menyadari saya sekarang hidup sendiri, mau pulang malu sama orang tua,
mau curhat sama orang tua takut menambah beban pikiran, lingkungan dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda, makanan yang semua rasanya aneh di lidah,
suhu udara yang jauh lebih panas dari semarang apalagi boyolali. Semuanya
membuat saya seperti hidup baru. Saya selalu bicara sendiri, bertanya pada Tuhan
“ ya Allah kenapa Engkau letakkan saya di sini ?, apa yang ingin engkau
sampaikan terhadap ku ?” tak ada malam yang tidak saya habis kan untuk menangis
dalam minggu pertama ini.
Dan
ketika pagi kembali datang, saya kuatkan diri ini untuk menjalani konsekuensi
atas keputusan yang saya mabil, terlebih mengingat ibu saya membuat saya
kembali berjalan ketika mulai lelah dan keghilangan semangat hidup. Saya jalani
hari hari training ini dengan semangat tipis. Kepala dealer development itu
membuat saya hampir putus asa, semua
materi di jejalkan dalam otak, tidak ada waktu untuk mencerna, semua harus
masuk terlebih dahulu. Laporan Keuangan, Laporan gaji karyawan, Penentuan
aktiva, Laporan pajak, semua di jelaskan dengan selalu di ahiri pertanyaan
wajib “ ada pertanyaan soal apa yang saya
terangkan tadi ?“
Kemudian
saya bertanya tentang apa yang akan terjadi terkait apa yang di terangkan tadi,
hal ini membuat saya dimarahi, katanya “ kamu
jangan Tanya apa yang belum kejadian, pahami dulu apa yang harus kamu lakukan,
tanyakan apa yang harus kamu lakukan !”
Di
terangkan lah beberapa bab bab berikut nya, bergantian antara IT terkait
system, dan Akuntan terkait laporan Keuangan. Tetap sama selalu di ahiri dengan
pertanyaan, “ adakah pertanyaan ? “
Dan
saya bertanya kembali, karena saya sedikit kebingungan. Dan kembali katanya “ kamu jangan tanya apa yang belum terjadi,
kamu itu tipikal seperti itu ya, suka berpikir jauh, pahami dulu ini yang saya
terangkan, jangan tanya hal lain”
Dalam
hati saya bicara, mau tanya apa kalau saya sendiri belum melakukan apa apa.
Dalam satu minggu saya selalu memperhatikan dan mencatat, seperti ember kosong
yang di isi teori dan teori, begitu terus dari jam 8 pagi sampai 8 malam.
Setiap
malam saya selalu bicara sengan diri sendiri,
“tidak ada jalan lain selain tetap melangkah
kedepan, menjalani setiap yang akan terjadi di depan. Katanya mau belajar tidak
boleh menangis harus kuat ! berhenti sekarang berarti kamu lari dari masalah Li
! sedangkan dimanapun kamu bekerja pasti akan mengalami hal yang sama. Kenapa menangis
doa mu sudah terkabul. Bekerja, bukankah katanya kau inginkan sebuah pekerjaan.
Merantau, bukankan kau inginkan belajar hidup mandiri selagi belum bersuami dan
ini lah awal kehidupan mandiri yang kau sebut dalam doa. Surabaya, kenapa
dengan Surabaya, bukankah ini lebih menantang dengan latar belakang kebudayaan
yang lebih luas dan baru. Kenapa perusahaan baru, mungkin ini juga akan lebih
menantang karena perusahaan besar sudah terlalu biasa dan membuat mu manja,
akan membuat mu mengetahui bagaimana sebuah perusahaan berdiri, mengetahui
prosedur perijinan dan perpajakan yang harus di jalankan. Tidakkan itu
menantang dan lebih seru dari mendaki sebuah gunung Li, gunung mu kali ini
berhutan beton dan lebih terjal, kamu harus tetap mendaki setapak dan setapak.
“
Bersambung ke episode selanjutnya….
Komentar
Posting Komentar