Rabu, 20 September 2017
Perjalanan dari Surabaya ke Jogja kali ini tanpa ada rencana sebelumnya, dengan beberapa pertimbangan dan mepet nya keuangan sempat menunda perjalanan karena mau disekaliankan di bulan Oktober. Tapi setelah video call dengan antrasa membuat saya berfikir,
"terlalu banyak pertimbangan akan membuat saya menyesal di kemudian hari karena melewatkan moment yang berharga".
Dan akhirnya saya melakukan perjalanan ini di karenakan Antrasa sedang pendadaran di hari ini.
Setelah menutup pembicaraan dengan Antrasa saya langsung melihat tiket yang tersedia untuk perjalanan dadakan ini. Sehubungan mepet nya isi kantong ahirnya yang memungkinkan untuk di beli adalah tiket Gaya Baru Malam Rp. 104.000. Kemudian saya sampaikan niatan saya untuk ijin tidak mengikuti acara nonton bareng film yang di produksi kantor pusat Jakarta ( Suami Untuk Mak ). Tanggapan dari bos yang tidak mengiyakan atau menidak ijinkan membuat saya mengambil kesimpulan kalau saya di ijinkan tapi bos nya agak enggak iklas hehhehe. Tapi gak apa lah, kebanyakan mikir nanti bisa bisa gak jadi ke Jogja pikir saya.
Berkaitan dengan pekerjaan yang tertunda di hari sebelumnya, jam 07.00 WIB saya sudah berangkat dan sampai di kantor sepuluh menit kemudian. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan ahirnya jam 10.45 WIB saya keluar dari kantor menuju stasiun gubeng lama menggunakan Gojek. Ditengah perjalanan saya mendapatkan kabar kalau Antrasa sudah selesai dan dinyatakan LULUS, sempat terharu dan sedikit meneteskan air mata mengingat bagaimana perjuangannya menyelesaikan skrpsi sampai ahirnya bisa sidang di bulang Oktober ini.
1 jam perjalanan sebelum kereta berangkat sebenarnya terlalu mepet, karena jarak dari kantor menuju stasiun gubeng memerlukan waktu 45 menit sampai 1 jam kalau jalanan sedang padat padat nya. Saya berkata sama mas gojek nya " mas, kalau mau ngebut gak papa mas, kereta saya jam 12 "
ini perlu saya sampaikan terlebih dulu ke mas gojek karena terkadang driver gojek tidak berani ngebut di jalan karena takut di kompian oleh customer.
Di bantu mas gojek yang cekatan dalam mengemudikan motornya, saya masih memiliki beberapa waktu untuk mencetak tiket dan membeli beberapa minuman dan jajanan untuk bekal di dalam kereta. Tidak lupa saya sampaikan terimakasih karena kalau gak di bantu saya mungkin bisa telat sampai stasiun.
***
Gaya Baru Malam sangat senggang ketika saya masuk ke gerbong 7 dan mencari kursi nomor 9 A. Kursi 3 3 yang tersedia hanya terisi saya dan satu bapak di samping saya. Perbincangan pembuka basa basi yang gak pernah basi,
" badhe mandahap pundi pak " ( mau turun di mana pak )
" madiun mbak, mbak e pundi ? " ( madiun mbak, mbak nya di mana ?)
" saya Jogja pak"
Setelah perbincangan singkat itu, saya menengok siomay yang sempat saya beli di depan stasiun tadi, dan karena lapar sekaligus gak sempat sarapan maupun makan siang, saya makanlah siomay itu. Dan bapak yang tadi, sedang bicara dengan penumpang lain yang entah membicarakan apa karena saya tidak begitu mendengarkan dan memperdulikan.
Beberapa menit kemudian dari stasiun Wonokromo bertambah lagi dua penumpang suami istri yang hendak turun di Jogja juga. Korsi 6 yang tersedia hanya di isi kami berempat, lumayan nyaman untuk kami yang akan menghabiskan 5 jam kedepan untuk duduk, tidur dan mengobrol.
Beberapa jam perjalanan awal saya mencoba untuk tidur, karena teriknya udara di luar membuat Ac di dalam kereta sama sekali tidak memberikan efek segar kepada penumpang, karena tidur yang gak lebih dari 10 menit itu membuat saya malah banyak berkeringat, ahirnya saya putuskan untuk ngobrol saja dengan penumpang di sebelah saya.
Bapak yang sedari awal sudah naik dengan saya, baru ini kali pertaman naik gaya baru malam ke Madiun, biasanya naik kereta eksekutif yang agak sore lagi, berhubung tiket habis ahirnya mau gak mau gaya baru malam menjadi pilihannya.
Banyak sekali yang kami bicarakan berempat, tanpa saling mengetahui nama masing masing. Hal itu biasa terjadi dalam perjalanan singkat menggunakan transportasi umum. Berbincara panjang lebar ngalor ngidul tanpa tau siapa dan dari latar belakang seperti apa lawan bicara di depan kita. Dan akan menguap dan terlupakan begitu masing masing telah sampai ke tujuan.
Kami membicarakan keberagaman bahasa, beberapa kata yang sering di gunakan dalam kehidupan di surabaya seperti embong, yang dalam bahasa indonesia berarti jalan. Ada juga makanan yang terbuat dari adonan ketela pohong yang di dalam nya berisi gula jawa dan di goreng kalo dalam bahasa saya adalah klenyem tapi orang Surabaya menyebutnya jemblem, kata yang baru kali pertama ini saya dengar selama hampir dua setengah tahun di Surabaya.
Permbicaran terus bergulir sampai saya bisa tau kalo pasangsan suami istri itu ke Surabaya dengan kepentingan melakukan operasi katarak di mata sang istri.
" kok operasinya sampai di Surabaya buk, saya dengar di purworejo dekat jogja juga sedang ada operasi katarak gratis " tanya saya kepada ibu ibu itu
" iya mbak sebenarnya di semua rumah sakit bisa, cuman saya agak takut kalau operasi dokternya sembarangan, walapun ini operasi ringan ya mbak, tapi saya juga takut. Kalo di Surabaya dokternya teman suami saya sendiri jadi kalo ada apa apa kan enak mau konsultasinya"
" ohh," benar juga pikir saya
Surabaya juga bukan kota yang asing lagi bagi pasang suami istri yang sudah mulai sepuh itu. Si bapak merupakan warga Surabaya, dan si istri merupakan warga Jogja. Sedangkan bapak yang ada di samping saya merupakan orang Madiun yang sedang bekerja di Surabaya. Sama seperti saya yang cuman nunut tinggal di Surabaya karena sedang bekerja di kota Pahlawan ini.
Dua jam kemudian terdengar dari pengeras suara kalau setasiun selanjutnya adalah Madiun, kemudian bapak di samping saya berpamitan untuk turun terlebih dulu di bandingkan kami. Di stasiun Solo Purwosari kursi yang kosong itu ahirnya terisi penumpak lain mbak mbak yang bertubuh agak berisi.
Percakapan kami kembali dalam formasi 4 orang, walaupun terjadi pergantian pemain antara bapak bapak dan embak embak hehhehee. Ternyata perjalanan mbak nya untuk pulang kerumah ini sama mendadaknya dengan perjalanan saya. Karena tidak tersedia tiket langsung Solo Kroya, ahirnya di ambil lah keputusan untuk beli tiket kereta dari Solo ke Joja dulu, kemudian beli lagi dari Jogja ke Kroya. dengan kereta sama gerbong sama namun berbeda kursi. dan untuk semua itu mbak nya yang bertubuh gempal itu di haruskan membayar dua kali lipat dari ongkos yang semestinya.
"gak papa ya mbak ya, yang penting ada uang nya " kata ibuk ibuk itu menanggapi cerita dari percakapan kami
" bukan gitu buk, saya sebenarnya bisa dapat yang lebih murah, tapi keretanya masih nanti habis mahrib dan itu membuat saya kemalaman sampai rumah, kaishan juga nanti yang jemput kalo kemalaman"
" bukan itu maksud nya mbak " tambah ibuknya yang merasa seolah terkjadi kesalah tangkapan arti dari kalimat yang di sampaikan ibuk itu sebelumnya. " maksud nya yang penting pulang ketemu keluarga ya mbak, soal rejeki nanti bisa di cari lagi"
Mbak yang Asli Jakarta tapi kerja di Cilacap ini merupakan karyawan PLN unit setempat di Cilacap. Karena tertarik dengan kehidupan di Cilacap, saya menanyakan beberapa pertanyaan seputar lingkungan dan biaya kehidupan di Cilacap. Untuk biaya kos di Cilacap rata rata perbulan 600.000 kurang lebih hampir sama seperti biaya kos di surabaya. Sedangkan untuk biaya makan ini yang membuat saya sedikit terkejut, karena satu porsi sate bisa sampai 40 ribu.
" hwooo kok mahal nya" komentar ku seketika. walaupun saya lupa mengkonfirmasi 40 ribu itu untuk seporsi sate ayam, kambing atau sapi.
" iya di sana yang mahal gaya hidupnya, karena di Cilacap kebanyakan perusahaan besar besar yang berada di sana"
" pertamina, holcin juga di sana ya " komentar bapak bapak di depan
" padahal gak ada moll lho ya di cilacap itu" tambah ibuk ibuk nya
" lha iya, gak ada moll kok gaya hidup e gede juga ya" aku ikut nyempil mengeluarkan oapini juga.
perbincangan tak sedikit pun berkurang, mulai dara recruitmen PLN, mbaknya dapat rejeki penempatan dekat rumah dan percakapan seputar cilacap dan gaya hidupnya sampai pada saat pemberitahuan kalau stasiun berikutnya adalah stasiun lempuyangan jogjakarta.
Kali ini bukan hanya kami bertiga yang berpamitan dan melakukan pergerakan untuk turun, tapi juga mbak nya yang harus pindah tempat sesuai tiket terusan yang di belinya tadi. Perjalanan Surabaya Jogja ini selesai tepat waktu dalam 5 jam, persis jam 17.00 kami sampai di Jogja.
Perjalanan dari Surabaya ke Jogja kali ini tanpa ada rencana sebelumnya, dengan beberapa pertimbangan dan mepet nya keuangan sempat menunda perjalanan karena mau disekaliankan di bulan Oktober. Tapi setelah video call dengan antrasa membuat saya berfikir,
"terlalu banyak pertimbangan akan membuat saya menyesal di kemudian hari karena melewatkan moment yang berharga".
Dan akhirnya saya melakukan perjalanan ini di karenakan Antrasa sedang pendadaran di hari ini.
Setelah menutup pembicaraan dengan Antrasa saya langsung melihat tiket yang tersedia untuk perjalanan dadakan ini. Sehubungan mepet nya isi kantong ahirnya yang memungkinkan untuk di beli adalah tiket Gaya Baru Malam Rp. 104.000. Kemudian saya sampaikan niatan saya untuk ijin tidak mengikuti acara nonton bareng film yang di produksi kantor pusat Jakarta ( Suami Untuk Mak ). Tanggapan dari bos yang tidak mengiyakan atau menidak ijinkan membuat saya mengambil kesimpulan kalau saya di ijinkan tapi bos nya agak enggak iklas hehhehe. Tapi gak apa lah, kebanyakan mikir nanti bisa bisa gak jadi ke Jogja pikir saya.
Berkaitan dengan pekerjaan yang tertunda di hari sebelumnya, jam 07.00 WIB saya sudah berangkat dan sampai di kantor sepuluh menit kemudian. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan ahirnya jam 10.45 WIB saya keluar dari kantor menuju stasiun gubeng lama menggunakan Gojek. Ditengah perjalanan saya mendapatkan kabar kalau Antrasa sudah selesai dan dinyatakan LULUS, sempat terharu dan sedikit meneteskan air mata mengingat bagaimana perjuangannya menyelesaikan skrpsi sampai ahirnya bisa sidang di bulang Oktober ini.
1 jam perjalanan sebelum kereta berangkat sebenarnya terlalu mepet, karena jarak dari kantor menuju stasiun gubeng memerlukan waktu 45 menit sampai 1 jam kalau jalanan sedang padat padat nya. Saya berkata sama mas gojek nya " mas, kalau mau ngebut gak papa mas, kereta saya jam 12 "
ini perlu saya sampaikan terlebih dulu ke mas gojek karena terkadang driver gojek tidak berani ngebut di jalan karena takut di kompian oleh customer.
Di bantu mas gojek yang cekatan dalam mengemudikan motornya, saya masih memiliki beberapa waktu untuk mencetak tiket dan membeli beberapa minuman dan jajanan untuk bekal di dalam kereta. Tidak lupa saya sampaikan terimakasih karena kalau gak di bantu saya mungkin bisa telat sampai stasiun.
***
Gaya Baru Malam sangat senggang ketika saya masuk ke gerbong 7 dan mencari kursi nomor 9 A. Kursi 3 3 yang tersedia hanya terisi saya dan satu bapak di samping saya. Perbincangan pembuka basa basi yang gak pernah basi,
" badhe mandahap pundi pak " ( mau turun di mana pak )
" madiun mbak, mbak e pundi ? " ( madiun mbak, mbak nya di mana ?)
" saya Jogja pak"
Setelah perbincangan singkat itu, saya menengok siomay yang sempat saya beli di depan stasiun tadi, dan karena lapar sekaligus gak sempat sarapan maupun makan siang, saya makanlah siomay itu. Dan bapak yang tadi, sedang bicara dengan penumpang lain yang entah membicarakan apa karena saya tidak begitu mendengarkan dan memperdulikan.
Beberapa menit kemudian dari stasiun Wonokromo bertambah lagi dua penumpang suami istri yang hendak turun di Jogja juga. Korsi 6 yang tersedia hanya di isi kami berempat, lumayan nyaman untuk kami yang akan menghabiskan 5 jam kedepan untuk duduk, tidur dan mengobrol.
Beberapa jam perjalanan awal saya mencoba untuk tidur, karena teriknya udara di luar membuat Ac di dalam kereta sama sekali tidak memberikan efek segar kepada penumpang, karena tidur yang gak lebih dari 10 menit itu membuat saya malah banyak berkeringat, ahirnya saya putuskan untuk ngobrol saja dengan penumpang di sebelah saya.
Bapak yang sedari awal sudah naik dengan saya, baru ini kali pertaman naik gaya baru malam ke Madiun, biasanya naik kereta eksekutif yang agak sore lagi, berhubung tiket habis ahirnya mau gak mau gaya baru malam menjadi pilihannya.
Banyak sekali yang kami bicarakan berempat, tanpa saling mengetahui nama masing masing. Hal itu biasa terjadi dalam perjalanan singkat menggunakan transportasi umum. Berbincara panjang lebar ngalor ngidul tanpa tau siapa dan dari latar belakang seperti apa lawan bicara di depan kita. Dan akan menguap dan terlupakan begitu masing masing telah sampai ke tujuan.
Kami membicarakan keberagaman bahasa, beberapa kata yang sering di gunakan dalam kehidupan di surabaya seperti embong, yang dalam bahasa indonesia berarti jalan. Ada juga makanan yang terbuat dari adonan ketela pohong yang di dalam nya berisi gula jawa dan di goreng kalo dalam bahasa saya adalah klenyem tapi orang Surabaya menyebutnya jemblem, kata yang baru kali pertama ini saya dengar selama hampir dua setengah tahun di Surabaya.
Permbicaran terus bergulir sampai saya bisa tau kalo pasangsan suami istri itu ke Surabaya dengan kepentingan melakukan operasi katarak di mata sang istri.
" kok operasinya sampai di Surabaya buk, saya dengar di purworejo dekat jogja juga sedang ada operasi katarak gratis " tanya saya kepada ibu ibu itu
" iya mbak sebenarnya di semua rumah sakit bisa, cuman saya agak takut kalau operasi dokternya sembarangan, walapun ini operasi ringan ya mbak, tapi saya juga takut. Kalo di Surabaya dokternya teman suami saya sendiri jadi kalo ada apa apa kan enak mau konsultasinya"
" ohh," benar juga pikir saya
Surabaya juga bukan kota yang asing lagi bagi pasang suami istri yang sudah mulai sepuh itu. Si bapak merupakan warga Surabaya, dan si istri merupakan warga Jogja. Sedangkan bapak yang ada di samping saya merupakan orang Madiun yang sedang bekerja di Surabaya. Sama seperti saya yang cuman nunut tinggal di Surabaya karena sedang bekerja di kota Pahlawan ini.
Dua jam kemudian terdengar dari pengeras suara kalau setasiun selanjutnya adalah Madiun, kemudian bapak di samping saya berpamitan untuk turun terlebih dulu di bandingkan kami. Di stasiun Solo Purwosari kursi yang kosong itu ahirnya terisi penumpak lain mbak mbak yang bertubuh agak berisi.
Percakapan kami kembali dalam formasi 4 orang, walaupun terjadi pergantian pemain antara bapak bapak dan embak embak hehhehee. Ternyata perjalanan mbak nya untuk pulang kerumah ini sama mendadaknya dengan perjalanan saya. Karena tidak tersedia tiket langsung Solo Kroya, ahirnya di ambil lah keputusan untuk beli tiket kereta dari Solo ke Joja dulu, kemudian beli lagi dari Jogja ke Kroya. dengan kereta sama gerbong sama namun berbeda kursi. dan untuk semua itu mbak nya yang bertubuh gempal itu di haruskan membayar dua kali lipat dari ongkos yang semestinya.
"gak papa ya mbak ya, yang penting ada uang nya " kata ibuk ibuk itu menanggapi cerita dari percakapan kami
" bukan gitu buk, saya sebenarnya bisa dapat yang lebih murah, tapi keretanya masih nanti habis mahrib dan itu membuat saya kemalaman sampai rumah, kaishan juga nanti yang jemput kalo kemalaman"
" bukan itu maksud nya mbak " tambah ibuknya yang merasa seolah terkjadi kesalah tangkapan arti dari kalimat yang di sampaikan ibuk itu sebelumnya. " maksud nya yang penting pulang ketemu keluarga ya mbak, soal rejeki nanti bisa di cari lagi"
Mbak yang Asli Jakarta tapi kerja di Cilacap ini merupakan karyawan PLN unit setempat di Cilacap. Karena tertarik dengan kehidupan di Cilacap, saya menanyakan beberapa pertanyaan seputar lingkungan dan biaya kehidupan di Cilacap. Untuk biaya kos di Cilacap rata rata perbulan 600.000 kurang lebih hampir sama seperti biaya kos di surabaya. Sedangkan untuk biaya makan ini yang membuat saya sedikit terkejut, karena satu porsi sate bisa sampai 40 ribu.
" hwooo kok mahal nya" komentar ku seketika. walaupun saya lupa mengkonfirmasi 40 ribu itu untuk seporsi sate ayam, kambing atau sapi.
" iya di sana yang mahal gaya hidupnya, karena di Cilacap kebanyakan perusahaan besar besar yang berada di sana"
" pertamina, holcin juga di sana ya " komentar bapak bapak di depan
" padahal gak ada moll lho ya di cilacap itu" tambah ibuk ibuk nya
" lha iya, gak ada moll kok gaya hidup e gede juga ya" aku ikut nyempil mengeluarkan oapini juga.
perbincangan tak sedikit pun berkurang, mulai dara recruitmen PLN, mbaknya dapat rejeki penempatan dekat rumah dan percakapan seputar cilacap dan gaya hidupnya sampai pada saat pemberitahuan kalau stasiun berikutnya adalah stasiun lempuyangan jogjakarta.
Kali ini bukan hanya kami bertiga yang berpamitan dan melakukan pergerakan untuk turun, tapi juga mbak nya yang harus pindah tempat sesuai tiket terusan yang di belinya tadi. Perjalanan Surabaya Jogja ini selesai tepat waktu dalam 5 jam, persis jam 17.00 kami sampai di Jogja.
Komentar
Posting Komentar