Langsung ke konten utama

Cerita di gang kecil Jl Wonorejo I No 46 Manukan

Dari Gang kecil ini saya melihat sesuatu. Ketika kembali dari mencari makan untuk berbuka, yang sudah tidak bisa di katakan buka puasa lagi karena jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Seperti biasa saya berjalan sendiri dan melewati beberapa orang yang sedang melakukan aktifitas mereka. Di deretak kos pertama, saya melihat beberapa orang yang sedang melakukan aktifitas berbeda, seorang mendorong motor, seorang megamatinya, seorang lagi sedang sedang menelepon entah siapa di sebrang sana. Karena itu bukan urusan saya, saya hanya melalui mereka dan berusaha menyapa sekenanya karena tidak mau di anggap sok akrab. Ditempat baru ini memang saya terkesan lebih pendiam dan mengurangi sosialisasi bukan karena sombong saya hanya sedang berusaha mengenal lingkungan baru saya dengan cara menjadi seorang pengamat terlebih dulu.

Di ujung gang, di bawah remang sorot lampu neon dua orang anak sedang belajar bersama. Mereka duduk beralas selembar tikar kecil, dan sebuah boks entah dari apa yang mereka gunakan untuk meja alas mereka menulis. Kondisi kos yang memprihatkan ternyata tidak membuat mereka menyerah ataupun bermalas malasan untuk belajar. Sebenarnya ini bukan kali pertama saya melihat mereka melakukan rutinitas belajar seperti itu. memang dalam bebrapa hari sekali mereka belajar bersama dalam jumlah lumayan, namun kali ini sepertinya mereka hanya berdua saja.
Seorang anak terlihat sedang menjelaskan kepada anak yang lain yang terlihat lebih kecil darinya, dia berkata “ Wajib adalah ketika kita menjalankannya kita akan mendapatkan pahala dan ketika kita meninggalkannya kita akan mendapatkan dosa”. Kali ini saya terdiam dan tidak menyapa sama sekali, saya hanya berlalu dan berharap tidak mengganggu kegiatan belajar mereka. Berjalan melaluinya saya kembali menoleh sebelum menghabiskan gang tersebut.
Yang membuat saya terdiam sejenak adalah perihal apa yang sedang mereka bicarakan, saya bukan lah orang yang suka mencuri dengar atau berusaha mencari tau sesuatu yang bukan koridor saya. Namun kali ini saya mendengar apa yang mereka pelajari. Yaitu tentang hukum hukum dalam agama saya. Sesampainya di ruang 5 X 3 M saya terdiam sejenak, memori saya berlari kebelakang, kebeberapa tahun lalu, ke saya yang masih kecil dan tak tau apa apa. Apa yang saya lihat ??, dulu bahkan saya mampu menjelaskan dengan rinci dari kelima hukum yang ada, menjabar kan setiap definisi dari Wajib, Sunah, Mubah, Makruh dan Haram dengan jelas. Mengklasifikasikan sesuatu kedalam salah satu hukum itu tanpa banyak berpikir dan dengan polosnya.
Namun apa yang terjadi sekarang, bahkan ketika di tanya apakah hal ini haram ?? apakah hal ini makruh ?? saya menimbangya beberpa kali, bahkan terkadang sering mencari cari cela antara hukum makruh dengan haram, berusaha mencari logika agar hal yang di lakukan tidak menjadi sesuatu yang haram namun makruh. Ya Tuhan disini saya merasa malu, terlebih ketika tiba tiba teringat dengan salah satu ayat dalam kitab ku

Bukankah ayat ayat Ku telah di bacakan kepadamu, tetapi kamu selalu mendustakannya” QS Al- Mukminun; 105.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang sebuah Nama Rimba

Nama rimba adalah sebuah nama yang dimiliki hampir semua anak pecinta alam. Yang jelas gak ada nama yang bagus dikamus besar nama rimba, kalo gak aneh ya bukan nama rimba namanya. Gak segampang membalikkan tangan untuk mendapatkan nama rimba, ibarat seorang anak yang lahir kedunia yang harus ngejongkrok 9 bulan 10 hari dulu di dalam perut ibu dan ahirnya lahir kedunia dan di anugrai nama oleh kedua orang tua. Nama rimba pun kayak gitu, kita musti ikuan pendidikan dasar pecinta alam yang waktunya udah di tentuin sama panitia baru ketika kita di anggap layak untuk mendapat sebuah nama mereka akan memberikannya kepada kita, dan itu juga menjadikan arti bahwa kita telah menjadi sebuah bagian di antara mereka.

Wapalhi Prusic Competition

Wapalhi Prusic Competition merupakan Program kerja WAPALHI periode 2012-2013. Surat Tugas dari Kepala Suku WAPALHI Andi Purwanto W.10.586.NJ jatuh pada Aditya Bayu W.11.499.WA yang di percaya menjadi Ketua Pelaksana dalam program kerja ini.                          WPC yang kami adakan merupakan sebuah kompetisi yang menitik beratkan pada kemampuan metode penelusuran gua. Jauh sebelum di kenalnya metode SRT (Singgel  Rop Teknis) penelusuran gua masih menggunakan metode prusik. Dari sini kami menggangkat ini untuk di jadikan sebuah ajang kompetisi.  Lomba ini sendiri kami adakan di Wall Climbing POLINES pada tanggal 30-31 Maret 2013. Dengan cakupan peserta pelajar, mahasiswa dan masyarakat  se Jateng DIY.

Buah Cinta Anak Mapala

                                           Pacaran sesama anak mapala itu udah banyak, yang sampai nikah juga udah banyak. Nah loh yang namanya mapala paling terkenal konyol dan seenakke sendiri dan yang bakalan kena getahnya anak anaknya hehe. Salah satu yang pasti bakalan ngefek itu di nama mereka, kayak Eidelwis pasti itu bapak ibuknya mapala. Mahameru, ini pasti orang tuanya suka sama gunung mahameru. Ada juga waktu temenku naek merbabu dia ngeliat anak kecil usia 5th ikutan naik merbabu, gila tu anak pasti bapak ibuknya mapala kalo enggak gak bakalan tu di ijinin anak seusia itu naek gunung. Cerita punya cerita tu anak ngiri sama adiknya yang baru satu tahun udah naik merapi, karena ngeliat adiknya foto di puncak merapi si embak ngerengek minta di ajak naik gunung. Paraaah anak 1th dah diajakin naik gunug,wooy aku seusia itu masih belajar lari, ni anak udah sampai puncak merapi hebat hebat. Beneran ini efek dari bapak ibuknya yang mapala. Coba bapak ibuknya dokter keci