Langsung ke konten utama

Jejak kami di Rinjani 3726 mdpl


Kalian itu petualang, jangan dengarkan kata kata dari kami, hadapi saja “ Porter Rinjani

Secuil ilmu yang kami dapat dari Rinjani, gak usah terlalu takut akan apa yang kami hadapi di depan. Mau nanjak,mau nikung, mau terjal, mau landai  jalani sajalah kan kami seorang petualang hahaha, itu dia yang di sampaikan seorang porter rinjani yang kami temui.

Perjalanan ini merupakan perjalanan kali pertama kami ke rinjani, berawal dari niat naik gunung bareng teman teman SMA ahirnya Rinjanilah yang kami pilih. Full team kami berangkat berenam, 5 cowok 1 cewek;
>>Zenna atmaja, baru saja lulus tapi belum di wisuda. Mengikuti organisasi pecinta Alam PASCAL.
>>Soleh, udah lulus dan udah di wisuda tahun lalu. Satu seorganisasi dengan Zenna. Lebih ngetren di panggil Ucil.
>>Galih, bekerja di pertambangan Kalsel, sempat mengikuti organisasi pecinta alam MAHAMERU jogja, sedang libur kerja saat perjalanan ini.
>>M Yasin, teman kerja Galih, mempunyai hobby naik gunung dan sepak bola, so fisik udah pasti bagus.
>>Khoirul Huda, baru saja dinyatakan lulus dengan refisi, wisuda oktober. Satu organisasi dengan Galih.

>>Lili Vebriana Ichsan, aku sendiri,  baru saja bergabung dalam bursa pencari kerja. Mengikuti organisasi WAPALHI.

Sabtu, 27 oktober 2014, tepatnya jam 08.10 WIB perjalanan kami mulai dari Stasiun Purwosari Solo. Setelah sebelumnya menyiapkan perlengkapan dan perbekalan yang kami butuhkan, bermodal heavy bag (kerier) satu persatu, KA Sritanjung mengantarkan kami sampai di Banyuwangi tepatnya stasiun Banyuwangi Baru. 12 jam kami menghabiskan waktu di kereta, sudah di pake melek merem beberapakali itu, terkadang kami main kartu atau jail ngajakin ngobrol penumpang lainnya, alhasil kami dapat teman baru orang Surabaya namanya mbak Icha dan mas Iksan orang Bima.
bersama mbak ica dan masnya dari bima, mas iksan

Pukul 21.00 WIB kami sampai di stasiun Banyuwangi Baru, perut lapar sangat, ini gara gara kami sempat jaim gak mau beli makan di kereta hehe #biarNgirit. Sesampainya di sana ormed pertama adalah warung makan, pilihannya jatuh di penyet lamongan dan penyet lelenya malam itu Ya Allah nikmatnya minta ampun hahay. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Penyebrangan Ketapang untuk menyebrang ke pelabuhan Gilimanuk, kami memilih jalan kaki karena stasiun dengan pelabuhan cukup dekat. Dengan  kapal ferry kami menyebrang ke Bali.

Setelah kami menginjakkan kaki di Bali tepatnya di pelabuhan Gilimanuk perjalanan berlanjut menggunakan bus dari terminal Gilimanuk menuju pelabuhan PadangBai. Terminal Gilimanuk berada satu komplek dengan pelabuhan Gilimanuk,jadi cukup jalan kaki aja sambil pemanasan lagi,hehe. Bus jurusan Padangbai berangkat sekitar jam 24.00 WITA. Dari dini hari nyampe pagi lumayan pegel nahan lutut, bus yang kami tumpangi ukurannya mini dan full penumpang karena bareng juga sama para pendaki dari Jakarta yang mau menapakkan kaki di gunung Rinjani. Sampai di pelabuhan PadangBai kami istirahat sejenak di sebuah masjid, menjalankan kewajiban kami sebagai seorang muslim, kemudian mencari bekal makan untuk sarapan di kapal, kami tidak mau mengulangi kesalahan kami ( kelaparan gara gara gak bawa bekal nasi ).  Kapal Ferry yang kami tumpangi berangkat sekitar pukul 07.00 WITA. Di kapal kami melewatkan fasilitas ruang ac, kami memilih bagian atas kapal  yang luas, alibinya biar feel jiwa petualangnya lebih terasa hehee.

Setelah 5 jam terombang-ambing di kapal akhirnya kami menginjakkan kaki di pelabuhan Lembar, Lombok. Kami memutuskan langsung melanjutkan perjalanan ke pos pendakian via jalur Sembalun dengan menyewa mobil. Kami sempat berganti mobil dengan mobil bak terbuka yang biasa buat ngangkut sayur di sekitar pasar Aikmel untuk menuju pos pendakian Sembalun.. Menggunakan mobil pengangkut sayur, saya duduk di depan sedang teman teman yang lainnya duduk di belakang.  Sepanjang perjalanan kami di suguhkan kekayaan alam Indonesia, jalanan yang berkelok, bukit-bukit yang hijau dan monyet monyet yang berkeliaran, membuat 5 jam perjalanan darat ini tidak terasa. Seperti sedang berada di desa Konohagakure dalam serial anime Naruto, wakwaww.

Full team di pos registrasi


Minggu, 28 September 2014

Pukul 16.00 WITA sampailah kami di pos pendakian Sembalun, setelah melakukan registrasi, kami mulai berganti kostum dan packing ulang barang barang yang akan kami bawa ke atas. Belum lengkap rasanya kalau perut ini belum terisi,setelah semuanya selesai kami mengisi perut terlebih dahulu di warung dekat pos pendakian, telor dan sayur nangka muda habis sudah kami santap.

Rinjani kami dataaaang, tenaga sudah terisi, heavy bag sudah siap, petualangan yang sesungguhnya siap di mulai. Pukul 19.00 WITA kami memulai pendakian, kami menolak tawaran dari pak sopir yang mau mengantarkan kami sampai di batas hutan, bukan karena takut merepotkan tapi kami tidak punya duit, hehehe.


Jalan tanah yang berdebu pertama-tama harus kami lewati untuk sampai di gerbang masuk taman nasional gunung Rinjani, tidak begitu menanjak namun agak jauh kurang lebih 1,5 jam berjalan.  Dalam perjalanan kami disambut dengan lembut sabana yang sangat luas. Dalam gelap malam kami tetap berjalan mengikuti jalan setapak di antara ilalang ilalang kering, satu tanjakan, satu turunan dan dua kelokan kami lewati berulang ulang kali. Terkadang kami membuka peta dari pos pendakian yang kami foto sebelumnya,terkadang juga kami membuka GPS karena kami mulai meragukan jalan yang kami lewati. Jalur pendakian ini tidak menanjak namun kami menyisir bukit cukup jauh. Dingin tidak begitu terasa karena kami terus bergerak, indahnya langit malam menemani perjalanan ini,kadang guyonan kecil juga menjadi bumbu perjalanan kami. 

Malam ini kami hanya berenam,benar benar tidak berjumpa lagi dengan pendaki yang lainnya. Di tengah sabana yang begitu luas ini, beratapkan langit berbintang yang luas saya merasa begitu kecil. Saya hanyalah seorang wanita kecil bermodal kerier yang ingin mengambil pelajaran langsung dari alam,tak pantas untuk sombong sama sekali #dalam.Hati.Ngoceh.Sendiri.


Kami menjumpai beberapa hewan liar dalam perjalanan, sepertinya rusa dan sapi, kami tidak bisa melihatnya begitu jelas karena kami menghindarkan cahaya senter kami ke mereka, bahkan saya sempat senang karena mengira mereka adalah rombongan pendaki lainnya, ternyata zonk.

pos I jalur pendakian sembalun
3 jam berjalan senyum kami merekah begitu tiba di Pos 1, kami beristirahat sejenak merebus air dan membuat minuman hangat. Tak lama berselang beberapa pendaki juga sampai di pos 1, begitu cepatnya mereka padahal tidak berjumpa sama sekali di sepanjang jalan tadi, tapi kami lihat meraka memakai jasa porter atau mungkin kami yang lelet, entahlah, setidaknya kami tau kalau kami tidak sendiri malam ini.

Udara mulai terasa dingin kami pun melanjutkan perjalanan ke pos 2 target camp kami  malam ini. Jalur yang kami lewati tidak berbeda jauh dengan sebelumnya, sabana masih terhampar luas, satu setengah jam berjalan kami akhirnya sampai, kami bergegas melakukan orientasi medan mencari spot yang tepat untuk mendirikan tenda. Beberapa orang mendirikan tenda, beberapa yang lain membuat makanan dan minuman hangat. Tenda berdiri kami bersantai sejenak menyantap hidangan malam. Canda tawa kami ternyata mengganggu tetangga kami, akhirnya kami juga ikut beristirahat. Malam pertama kami di Rinjani.

Senin, 29 September 2014


Selamat pagi Tengengean 1300 mdpl, terimakasih tidur kami nyenyak semalam. Target kami 2 pos hari ini, pos 3 Balong 1800 mdpl dan pos 4 Plawangan Sembalun 2700 mdpl. Saya menyiapkan sarapan pagi ini, sayur orak arik menjadi menu yang saya pilih. Huda dan mas Yasin membantu mencari air, mata air di pos 2 ini tidak terlalu jernih dan mengalir kecil namun bukan masalah toh tidak lari mata air itu di kejar. ^_^

Setelah sarapan dan packing peralatan serta perbekalan, perjalanan berlanjut. Tidak berbeda jauh dengan jalur yang telah kami lewati, jalur menuju pos 3 ini tetap saja sabana dan sabana, cuman bedanya kami melalui jalur ini di siang yang terik hehee butuh semangat ekstra yang jelas. Kami melewati sungai besar namun tak berair, konon katanya kalau kita menggali tanah di sungai itu bakalan keluar air yang jernih namun karena fokus kami ke pos 3 kami hanya melewatinya tanpa membuktikan perkataan tersebut. Terlihat bebeberapa bule dan pendaki lain yang sedang beristirahat di sepanjang sungai kering itu, pemandangan yang disajikan memang indah, namun kami belum sempat menggambil gambar karena kami harus bergantian jalan dengan pendaki lain ( kami simpan saja keindahan alam itu di sini #nunjuk ke mata dan hati, ahay ).

pos 3 Balong
Pukul 10.48 WIB kami sampai di pos 3 Balong, kami beristirahat sejenak mengisi tenggorokan dengan natadecoco segar, ya sambil menata nafas sejenak lah sebelum nafas ini kaya puzel yang semakin susah di susun hahahhaha #lebay. Di pos ini kami menjumpai beberapa rombongan bule yang sedang beristirahat, guide yang asli lombok terdengar fasih berbahasa inggris yang intinya menyampaikan maaf kalo kalo ada salah kata selama mereka menemani rombongan itu dalam perjalanan. Kami hanya saling memandang satu sama lain dan kemudian tertawa, mentertawakan diri sendiri karena kemampuan bahasa kami tak sebagus guide yang kami jumpai itu. Hampir 9th belajar bahasa inggris kemampuan kami stag disitu situ aja. Setelah mengobrol dengan beberapa guide yang kami jumpai, satu hal yang kami ketahui, mampu itu karena terbiasa, mampu itu karena mau berusaha. Ya mereka bisa karena mereka mau berusaha dan terbiasa.

Next kami melanjutkan perjalanan menuju plawangan sembalun, nah loh jalan mulai menanjak dan menajak. Apakah ini yang di sebut tanjakan penderitaan ?! saya sempat bertanya kepada beberapa porter yang kami temui, dan jawaban mereka “tanjakan penyesalan di depan mbak”, jawaban yang sangat ambigu, karena di depan mata kami itu adalah jalan menanjak keatas yang kemiringannya cukup membuat dengkul bertemu perut. Ok fiks kita sebut saja tanjakan ini tanjakan doa hehe, sebuah tanjakan yang membuat orang yang melaluinya senantiasa berdzikir kepada Allah. Untuk sampai di Plawangan Sembalun kami harus melewati sembilan bukit terlebih dahulu, mendaki dan mendaki, setapak demi setapak, istirahat tarik nafas kemudian jalan lagi, dan akhirnya sampai di Plawangan Sembalun jam 19.00 WIB. Perjalanan kami panjang sekali dari dzuhur sampe malam, namun standarnya dari pos 3 sampai di plawangan sembalun membutuhkan waktu 4 jam #kurang tau itu standar porter, bule, orang awam atau pendaki handal,hehe

Langit berbintang terasa dekat sekali dengan kami, seolah kami tak berjarak. Agar tidak terlena dalam dinginnya malam kami bergegas melakukan aktifitas rutin ketika sampai di tempat camp. Saya, mas yasin, galih dan ucil mendirikan tenda sedangkan zena dan huda menyiapkan asupan energi. Sempat terjadi akrobat kecil ketika kompor gas yang di pakai menyemburkan api, untung huda dan zena cekatan menendang kompornya, itu beberapa kerier berada di sampingnya, kan bisa berabe itu kerier modal pinjeman kalo rusak. Tapi tenang para hadirin dan pemirsa, semuanya aman, api dapat di padamkan tanpa merusak apapun #tepuk tangan prok prok prok haha.

Taraaaa tenda selesai kami persiapkan, perlengkapan juga telah kami tata dan rapikan. Kemudian kami merapatkan barisan untuk menikmati hidangan dari huda dan zena, mie sarden hehhee, Galih duduk didepan tenda sembari membuat minuman hangat, malam ini kami di buatkan teh susu spesial dari Galih #terimakasih Galih *-* . Rinjani adalah gunung yang dituntut untuk tenang, tawa canda kami terhenti ketika seorang guide menegur kita karena terlalu berisik dan mengganggu, katanya bulenya mau tidur, alhasil sembari menahan tawa kami juga bersiap untuk tidur. Malam kedua kami di Plawangan Sembalun.  

Sebelum ditutup dengan tidur, satu hal yang kita dapat lagi hari ini, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan (Ar Rahman:13). Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur atas nikmat Allah. ^_^

30 September 2014

sun rise Plawangan Sembalun 
Selamat pagi Rinjani, beautiful sunrise di Plawangan Sembalun. Terimakasih Tuhan Engkau telah mengijinkan kami untuk menapakkan kaki sampai disini, menapakkan kaki di secuil surgaMu di bumi. Hari kedua kami di Rinjani dan hari ini target adalah summit 3726mdpl. Untuk mengisi  tenaga guna mencapai puncak, saya menyiapkan sarapan buat yang lainnya, menu pagi ini nasi omlet, sosis goreng, kentang goreng dan kerupuk hehee minumnya teh susu hangat, mantab kan. Sembari saya menyiapkan sarapan mas Yasin dan Huda mencari air dan mengisi beberapa botol kami yang kosong. Galih dan Ucil kemudian juga menyusul mereka untuk mengisi beberapa botol yang belum terbawa. Sumber air berada ±100 m turun sebelah kiri dari pos Plawangan Sembalun, airnya sangat jernih dan segar jika langsung diminum. Sedang zena membantu saya menyelesaikan omlet nya.

Pukul 08.30 WIB kami sudah bersiap melakukan pendakian, makanan telah habis kami santap, perlengkapan sudah kami tata di dalam tenda, beberapa perbekalan yang akan kami bawa ke puncak telah siap dalam satu bag pack. Cuuuuss kami mulai melangkahkan kaki kami lagi. Kami harus melewati Plawangan segoro, dan Plawangan puncak baru setelah itu memasuki jalur berpasir. Dari 2700 mdpl sampai 3726 mdpl, kami harus menaiki 1026 mdpl dengan jalur berpasir #istimewaa.  


Kami bisa sedikit menghemat waktu kami karena kami hanya sesekali melewati jalur berpasir, kami menyisir kesebelah kiri melewati jalur berbatu. Jalur berpasir sangat membutuhkan tenaga ekstra dua langkah naik satu langkah turun hehehe. Satu jam berjalan kami sampai di bibir kawah pertama, dari sini kami bisa melihat betapa indahnya Segoro Anak dengan gunung anaknya yang biasa disebut Gunung Baru Jari oleh suku Sasak (Subhanallah Allah, Allah menciptakan ini semua hanya dengan satu kalimat kunfayakun ). Setelah mengambil beberapa foto kami melanjutkan perjalanan kami, jalur selanjutnya tetap batuan berpasir, selangkah demi selangkah kami menapakkan kaki. Kami sekarang berjalan menyisir bibir kawah untuk mencapai puncak. kami menemukan sebuah pohon teduh diantara panasnya udara menuju puncak ini, saya namai pohon itu pohon oksigen, kami beristirahat sejenak di pohon itu dan membasahi tenggorokan kami. Baru kemudian melanjutkan perjalanan lagi, jalurnya sama sampai di leter E, dari leter E ini jalur berganti dengan batuan putih dan berpasir. Jalur leter E adalah jalur yang terberat sebelum mencapai puncak, disinilah para pendaki di uji fisik dan mentalnya sebelum menggapai puncak Rinjani. Ya dari sini jugalah perjalanan semakin berat kami rasakan terlebih karena air yang kami bawa juga semakin menipis. Baru sepersekiannya leter E, paru paru ini udah terasa berat dada udah kembang kempis. Aku jadi paling belakang jalannya. Ucil di depan ku dan Galih di depannya Ucil. Mas Yasin, Zena dan Huda udah di atas agak jauh dari kami.

leter E yang bikin nyesek 
Pada akhirnya dengan beberapa pertimbangan, salah satunya kondisi air yang hanya setengah botol, jika kami bertiga juga naik bakalan agak repot, takutnya nanti malah tepar semua, kami bertiga putuskan untuk turun saja. Disini air mata ini menetes, merasa lemah sekali karena tak mampu menggapai puncak, beberapa memang mengatakan bahwa puncak adalah bonus. Tapi beneran deh baru kali ini gak nyampai puncak dan itu rasanya seperti kamu mengerjakan 20 soal matematika  dan kamu hanya salah 1  sehingga nilainnya 9,5 #sakit. Itu puncak udah deket, bener bener deket tinggal satu tanjakan lagi dan kami harus berhenti, tapi ketika memikirkannya lagi, memikirkan kondisi air, memikirkan rekan rekan yang lain yang telah lebih jauh berjalan, memikirkan kondisi fisik kami, memikirkan betapa butuhnya air saat itu, ketika kami putuskan untuk turun saja kami sudah lebih legowo walaupun nyesel tapi itu yang terbaik saat itu. Buat perjalanan kepuncaknya di wakili saja sama mereka bertiga, Mas Yasin, Zena, Huda. Mereka berjuang keras hingga di puncak, kami dapat beberapa foto sebagai hadiahnya.
setidaknya PDH ku nyampe atas, terimakasih kawan ^^

Sampai di camp pukul 16.00 WIB, kami sekalian mencari air di sumber mata air saat turun, kemudian membuat minuman dan makan untuk mereka yang masih di puncak. Nasi goreng sosis spesial sudah siap namun mereka bertiga tidak kunjung datang juga, kami kemudian membuat perapian untuk menghangatkan tubuh kami. Tak lama berselang Zena sampai di camp, namun mas yasin dan huda belum terlihat. Mas yasin dan Huda tiba setengah jam kemudian, ternyata kaki mereka sempat terkilir, Mas yasin di bagian engkel dan Huda di bagian lutut.

Sembari menikmati makanan kami membahas rencana selanjutnya, plan awal malam itu juga kami turun menuju segoro anak dan camp di sana, namun mempertimbangan kondisi personil dan beberapa informasi yang kami dapat dari para porter jalur menuju Segoro Anak kalau di lalui malam hari terlalu beresiko akhirnya kami putuskan untuk sekali lagi camp di plawangan sembalun #malam ke3 di Rinjani, baru keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan.


1 Oktober 2014

Kami melakukan start lebih pagi hari ini karena target kami langsung ke senaru. Setelah mempacking semuanya kami melakukan perjalanan menuruni Plawangan Sembalun menuju Segoro Anak. Wah benar jalur yang kami lewati ini terlalu beresiko kalau di lewati pada malam hari, Zena berjalan paling depan dan dia sudah hilang, saya tidak bisa mengejarnya, beberapa kali di panggil juga tak ada respon. Saya berjalan sendiri karena yang lain berada jauh juga di belakang, di panggil juga tidak ada respon. Beberapa kali saya harus melepas kerier karena tidak bisa melewati turunan, turunannya terlalu tinggi, kaki ku tidak bisa menggapai bawah, kalau pake kerier agak susah alhasil keriernya saya lepas, turun dulu baru ngambil keriernya lagi hehehe.

Terus mengikuti langkah kaki ini akhirnya saya bisa bertemu Zena, dia berhenti menunggu kami, saya duduk di sampingnya kemudian kami menikmati sebuah jeruk hehehe istimewa di tengah panasnya matahari, makan buah di gunung itu rasanya melebihi segalanya.


Tak lama kemudian  yang lainnya juga sampai, kami melepas lelah sejenak kemudian melanjutkan perjalanan, memang jalur yang panjang ternyata untuk sampai di Segoro Anak. Kami melewati beberapa lahan sabana yang sepertinya bekas terbakar, sedih rasanya melihat betapa luasnya lahan yang terbakar itu. Semoga kami bisa saling menjaga antara alam dan manusia yang ingin mengambil pelajaran dari alam.

Surganya Rinjani, Segoro Anak
Senyum kami merekah begitu Segoro Anak mulai terlihat, kelokan-kelokan itu akhirnya menemui muaranya, sebuah surga di Rinjani yaitu Segoro Anak. Kami membongkar kerier, membuat masakan dan minuman disini, mengisi tenaga kami karena sehabis ini kami harus melakukan perjalanan yang berat lagi. Rinjani memang istimewa Surga dan Neraka menjadi satu. Huda dan Galih mengisi ulang air minum yang akan kami bawa di sumber mata air dekat sumber air panas di sekitar Segara Anak. Sayang kami tak bisa menikmati air hangat walaupun sekedar meremdam kaki karena waktu yang kami kejar, huhu. Saya dan mas Yasin kebagian mencuci perkakas yang kami gunakan untuk makan tadi, Ucil mempacking barang barang, sedang Zena menemani mas Ali dan beberapa temannya, mereka ternyata para pendaki yang sempat satu bus dengan kami di Bali dan akhirnya menjadi teman kami di Rinjani.

Kami kemudian melanjutkan perjalanan lagi, kami menyisir Segoro Anak, sungguh surga yang tersimpan di atas gunung Rinjani, begitu indanya alam yang disajikan. Kami mengambil beberapa foto terlebih dahulu sebelum menanjak menaiki Plawangan Senaru. Plawangan Senaru tingginya 2641mdpl, segunung gak tu tingginya. Jalan yang kami naiki adalah jalur tanah, namun kami juga melewati sungai kering berbatu. Ya kami menikmati saja langkah kaki kami ini, berjalan dan bersenda gurau setidaknya menyamarkan beban yang kami bawa di punggung.


Pukul 15.10 WIB senyum kami merekah, karena kami melihat sorot cahaya matahari lolos menembus pohon pohon pinus, itu puncak pikir kami. Kami mulai semangat mempercepat langkah kami, tapi kami tertipu ternyata itu adalah dataran yang bersih dari pohon pohon besar, jalur yang kami lewati berbelok kekanan, dan masih kokoh berdiri tegak menjulang di depan kami. Kami hanya menelan ludah sambil memandang bukit kejam itu. kami putuskan untuk beristirahat sejenak sembari membasahi tenggorokan kami, perjalanan panjang masih harus kami lalui.

tanjakan menuju plawangan Senaru
Kami berdiri kembali, membenahkan diri dan menggendong kerier kami. Ya kami harus berjalan lagi sebelum gelap, karena jalur kini semakin beresiko. Jalur kini berganti dengan bebatuan dan berada di tepian punggungan bukit yang amat curam, jadi kami harus memperhatikan langkah kami agar tidak terperosot kejurang. Tidak terhitung lagi beberapa kali kami menaiki tanjakan yang membutuhkan teknik pemanjatan, terkadang saya menggunakan dengkul karena kaki saya terlalu pendek untuk menjangkau batu yang di depan. Pembatas besi yang terpasang di jalur yang kami lalui cukup membantu para pendaki. Pukul 6 sore kami masih belum mencapai Plawangan Senaru, kami di untungkan karena di Rinjani jam 19.00 WITA langit baru mulai gelap. Kami semua mulai menaiki tanjakan terakhir Plawangan Senaru saat langit berubah warna, alhamdulillah langit gelap ketika semua personil kami telah sampai di Plawangan Senaru, tidak terbayang begitu bahayanya di tanjakan terakhir kalau kami melewatinya ketika gelap.

Setibanya di Plawangan Senaru kami berembuk sebentar, sekaligus menyiapkan senter guna perjalanan malam. Kemudian kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan, sore itu kabut begitu tebal jarak pandang sekitar 3 meter saja, sesampainya di bebatuan kami kehilangan jejak jalur yang akan dilalui, beberapa kali kami hanya berputar putar di tempat karena tidak menemukan jalurnya. Mempertimbangkan tebalnya kabut dan jalur batu yang akan kami lewati, demi keselamatan semua personil kami putuskan untuk mendirikan tenda lagi di Plawangan Senaru #malam ke4 kami di rinjani.

Saat malam hari sempat terjadi insiden yang cukup membuat kita tertawa dan sedikit takut, ada seekor tikus yang masuk ke tenda kami,hahaha. Beruntung salah satu dari kami, Huda membangunkan kami buat ngusir tikus keluar tenda. Buat pengalaman sih, kalo ngecamp di Rinjani tutup rapat tenda dan amankan logistic kalian karena di sana banyak sekali tikus liar

2 Oktober 2014

Pagi ini kami menatap Segoro Anak dari Plawangan Senaru, kami tidak membuat minuman hangat pagi ini, karena air kami hanya terisa 3 setengah botol untuk perjalanan turun, namun kami berjumpa dengan porter yang baik hati, kami mendapat 2 gelas teh hangat plus jeruk di dalamnya, terimakasih bapak, kami sungguh terharu, perut kami hangat pagi ini. Memang Allah akan selalu membalas perbuatan baik yang kita lakukan, malam sebelumnya kami meminjamkan gelas kami ke porter di Sembalun, dan pagi ini kami mendapatkan isinya berupa lemon tea hangat dari porter di senaru.

Kami melanjutkan perjalanan menuju Senaru, benar ternyata memang jalur bebatuan yang kami lewati semalam tidak begitu jelas, disiang haripun kami musti mencari cari jalan yang akan kami  lalui.  Kami harus menuruni jalan berbatu dulu, kemudian berpasir dan baru jalan tanah di dalam hutan. Jalur hutan ini sangat panjang namun menyenangkan karena pepohonan yang besar menaungi kami dari teriknya matahari, kami serasa berada di gunung gunung pulau Jawa heheee.

melihat bule yang hampir terjatuh di bebatuan sungguh bikin hati miris, mau menolong tak bisa karena posisi saya yang berada di atas tidak memungkinkan untuk menghampirinya, untung itu bule cekatan dan bisa menyeimbangkan diri kalo tidah,, huaa gak kebayang tu, kan lumayan kalo nungsep di bebatuan lancip itu, bule yang cewek kemudian memeluknya mereka sepertinya penuh sukur karena tidak terjadi apa apa. kami yang ngeliat dari atas juga ikut lega. tak lama kemudian giliran saya yang terkilir hehehe, sempet oleng dikitlah pantat udah nyampe ditanah hehe. 

Karena ingin mencari semak semak, saya berjalan terlebih dulu, beberapa yang lain masih beristirahat di bawah pohon pinus. disaat saya sendirian saya berjumpa dengan seorang porter yang ngerti bahasa jawa hehe rasanya kaya bertemu sodara, ternyata dia juga dari jawa, tapi tinggal di senaru. penampilannya yang nyentrik membuat saya mudah menghafal wajahnya. Beliau berjalan di depan saya sampai di pos 3, setelah itu sepertinya dia menghilang hehehee lari duluan nyampe di senaru.

Next menuju pos 2, di tengah perjalanan perut kami terasa lapar sekali, kami berniat mengambil gula merah di dalam kerier untuk mengganjal perut kami, namun monyet yang berada di dekat kami begitu agresif dan ingin menyerang kami ehhehe keinginan itupun akhirnya kami urungkan. Kami kemudian melanjutkan perjalanan dan mencari tempat yang aman #dari binatang, baru kemudian mengeluarkan gula merah dari kerier dan membaginya kesemua personil.

The real jungle hehe, hutan lebat, pohon besar, banyak burung, banyak monyetnya juga #monyetnya galak ( katanya senenek moyang, tapi kok gak ramah wkkwkwkw ). beberapa jenis pohon yang terdapat di sini diantaranya pohon: Terdapat jenis jenis seperti beringin, (ficus benyamina), jelateng (laportea stimulan), jambu jambuan (syzigium sp), dan masig banyak lagi yang lainnya.

Jalur menuju senaru ini sangat menyenangkan, selain berupa hutan disini juga terdapat pos pos ekstra yang membuat kita merasa semakin dekat dengan pintu senaru. Setelah melewati beberapa pos di jalur Senaru, Mas yasin sampai di pintu keluar pertama kali, di belakangnya menyusul Ucil dan Huda, setelah itu ada saya Zena dan Galih. Horeee kami telah sampai di gerbang pendakian Senaru, akhirnya kami telah keluar dari hutan #jingkrak girang .

Jalur pendakian Rinjani via Senaru
Kami beristirahat sejenak sembari mengambil beberapa foto, kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah warga pertama, dan menyewa mobil disana. Ternyata untuk sampai di rumah warga pertama di butuhkan waktu sekitar setengah jam berjalan. Sesampainya disana beberapa dari kami membersihkan diri, saya tidak ehhee tanggung nanti di rumah sodaranya Galih sekalian saja.

Setelah semuanya selesai, bersih bersih, packing ulang, makan, beli oleh-oleh kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Ampenan Mataram rumah sodaranya Galih menggunakan mobil yang kami sewa (carter) disana. Dari lombok Timur ke Lombok barat butuh waktu 3 jam, kami berjalan ke barat kata bapaknya, tapi yang jelas kami tidak mencari kitab suci hehheee. Kami meminta untuk di antar terlebih dulu membeli makanan khas lombok, karena kami seharian belum makan, alhasil kami di antarkan bapaknya ke sebuah daerah yang dikenal sebagai Kampung Jawa untuk membeli nasi balap. Lanjut ke Candra untuk membeli oleh-oleh dan baru terakhir di Ampenan.

Malam ini kami tidur di peradaban, di rumah beratap. Baru keesokan harinya tanggal 3 Oktober 2014 kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke tanah Jawa. Kami berjalan dari rumah ke jalan raya, karena tidak sabar menunggu angkot kami jalan perlahan di tepian jalan, sambil sesekali menengok kebelakang agar angkotnya tidak terlewat. Kami bertemu dengan Pak Roma yang baik hati yang mau mengantarkan kami sampai di pusat bus Tiara Mas dan menunggui kami, nambah sodara baru deh di lombok.

Transportasi yang kami gunakan ketika pulang adalah bus Tiara Mas dari Lombok sampai Surabaya yang berangkat sekitar pukul 11.00 WITA, kemudian bus Sugeng Rahayu dari Surabaya sampai di Solo. Perjalanan yang terasa lama karena monoton hehehe. Namun kami sempat mendapat sensasi perjalanan karena pak sopir bus Tiara Mas begitu istimewa, perjalanan yang akan terkenang buat kami. Kami menginjakkan kaki kembali di Solo pukul 19.00 WIB kumandang adzan maghrib dan takbir sudah terdengar. Dan perjalanan kami berakhir di sini, sebelum berpisah kami berkumpul sebentar di kucingan Pak Man untuk menukar barang bawaan. Baru kemudian pukul 20.00 WIB kami benar benar berpisah satu sama lain, kami kembali ke rumah masing masing dan bersiap merayakan Idul Adha keesokan harinya. Terimaksih kawan cc: Galih, Huda, Zena, Soleh dan mas Yasin,,ini adalah perjalanan yang sangat berkesan dan tak terlupakan, #Mt. Rinjani 3726 Mdpl.  THE END --- SEE YOU NEXT TRIP ^_^

"Mendaki gunung bukan hitungan matematis antara berapa lama jarak yang di tempuh dari pos satu ke pos selajutnya, namun mendaki gunung adalah bagaimana kami menikmati dan mengambil pelajaran dari setiap langkah kaki yang kami tapakkan di suatu tempat." Lili V Ichsan

Rute transportasi yang kami gunakan:
Berangkat
Solo – Bnyuwangi : Kereta Sri Tanjung Rp. 50.000
Banyuwangi – Gilimanuk : Kapal penyebrangan Rp. 8.000
Gilimanuk – Padangbay : Bus Kecil Rp. 50.000
Padangbay - Pelabuhan Lembar : Kapal Penyebrangan Rp. 45.000
Pelabuhan Lembar – Pos Pendakian Sembalun : Angkot Rp. 80.000

Pulang
Senaru – Ampena : Angkot Rp 80.000
Ampena – Agenbus Tiara Mas: Mobil pak roma Rp 50.000/ 6 orang
Agenbus Tiara Mas – Surabaya : Bus Tiara Mas Rp 275.000

Surabaya – Solo : Bus Sumber Rahayu Rp 34.000 


 beberapa dokumentasi lain yang kami ambil :
jalur menuju segoro anak

sebelum pemberangkatan di depan stasiun purwosari
personil dari kiri : Zena, Mas Yasin, Galih, Ucil, Huda, Lili


tanjakan penyiksaan

sabana sabana dan sabana

mau menyebrang ke bali, hehehe 

yeee pintu masuk jalur pendakian sembalun

pagi indah di tengengekan

foto bareng bule di pos 3

camp plawangan sembalun

zenna atmaja di puncak

mas yasin di puncak

huda di puncak

segoro anak, surganya rinjani

oleh oleh buat teman kami jatmiko

segoro anak

full team bareng pak roman

menuju pos 3 

tanjakan penyesalan

plawangan senaru

jalur menuju puncak

terlihat plawangan senaru, plawangan segoro dan plawangan puncak dari sini

edelwis nan indah, mereka ada karena kita menjaganya

full team di segoro anak








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang sebuah Nama Rimba

Nama rimba adalah sebuah nama yang dimiliki hampir semua anak pecinta alam. Yang jelas gak ada nama yang bagus dikamus besar nama rimba, kalo gak aneh ya bukan nama rimba namanya. Gak segampang membalikkan tangan untuk mendapatkan nama rimba, ibarat seorang anak yang lahir kedunia yang harus ngejongkrok 9 bulan 10 hari dulu di dalam perut ibu dan ahirnya lahir kedunia dan di anugrai nama oleh kedua orang tua. Nama rimba pun kayak gitu, kita musti ikuan pendidikan dasar pecinta alam yang waktunya udah di tentuin sama panitia baru ketika kita di anggap layak untuk mendapat sebuah nama mereka akan memberikannya kepada kita, dan itu juga menjadikan arti bahwa kita telah menjadi sebuah bagian di antara mereka.

Wapalhi Prusic Competition

Wapalhi Prusic Competition merupakan Program kerja WAPALHI periode 2012-2013. Surat Tugas dari Kepala Suku WAPALHI Andi Purwanto W.10.586.NJ jatuh pada Aditya Bayu W.11.499.WA yang di percaya menjadi Ketua Pelaksana dalam program kerja ini.                          WPC yang kami adakan merupakan sebuah kompetisi yang menitik beratkan pada kemampuan metode penelusuran gua. Jauh sebelum di kenalnya metode SRT (Singgel  Rop Teknis) penelusuran gua masih menggunakan metode prusik. Dari sini kami menggangkat ini untuk di jadikan sebuah ajang kompetisi.  Lomba ini sendiri kami adakan di Wall Climbing POLINES pada tanggal 30-31 Maret 2013. Dengan cakupan peserta pelajar, mahasiswa dan masyarakat  se Jateng DIY.

Buah Cinta Anak Mapala

                                           Pacaran sesama anak mapala itu udah banyak, yang sampai nikah juga udah banyak. Nah loh yang namanya mapala paling terkenal konyol dan seenakke sendiri dan yang bakalan kena getahnya anak anaknya hehe. Salah satu yang pasti bakalan ngefek itu di nama mereka, kayak Eidelwis pasti itu bapak ibuknya mapala. Mahameru, ini pasti orang tuanya suka sama gunung mahameru. Ada juga waktu temenku naek merbabu dia ngeliat anak kecil usia 5th ikutan naik merbabu, gila tu anak pasti bapak ibuknya mapala kalo enggak gak bakalan tu di ijinin anak seusia itu naek gunung. Cerita punya cerita tu anak ngiri sama adiknya yang baru satu tahun udah naik merapi, karena ngeliat adiknya foto di puncak merapi si embak ngerengek minta di ajak naik gunung. Paraaah anak 1th dah diajakin naik gunug,wooy aku seusia itu masih belajar lari, ni anak udah sampai puncak merapi hebat hebat. Beneran ini efek dari bapak ibuknya yang mapala. Coba bapak ibuknya dokter keci