Langsung ke konten utama

Alkohol dan Mapala

“ ahh shit, tai kucing mapala itu bisanya cuman minum minum dan ngedraks doang “ itu kata kata yang aku dengar dari seseorang yang aku temui ketika mendaki gunung Merapi. Kata kata itu terlontar ketika dia melihat proses pendidikan mapala di Pasar Bubrah Merapi.
            
      Sempet gondok di hati ketika mendengar kata kata itu, karena aku sendiri seorang mapala dan lingkungan ku tidak seperti itu. Aku pengen bilang ke orang itu “ gak semua orang seperti itu mbak, tergantung dan kembali ke pribadi masing masing jangan di pukul rata” tapi kata kata itu tidak keluar sama sekali dari mulut ku.     

Setelah berinteraksi dengan mapala mapala yang lain, memang beberapa di antara anak mapala ada yang peminum. Ini membuatku maklum pada kata kata yang dulu aku dengar dari orang itu. Bukannya sok bijaksana hehhee tapi dari pada kita menjudge seseorang karena dia peminum atau  apalalah mending kita melihat dari sudut pandang yang lain. Kalau soal dia mau munim atau merokok atau apalah itu kita kembalikan saja pada yang empunya badan, aku rasa mereka juga tau dampak bagi badan mereka nantinya seperti apa.

“ loh kok kamu tau gituan li, jangan jangan kamu bawa itu lagi kalo naik gunung biar anget ?” tanya seorang temen ke aku ketika aku menyebutkan salah satu jenis minuman keras. Ya jelas aku tau beberapa teman ku ada yang peminum, aku juga tau baunya seperti apa hehee. Itu sisi positif yang aku ambil, aku jadi tau alkohol itu seperti apa tanpa perlu aku mencobanya. Biar gak di bohongin orang kamu harus tau, kalo gak tau ntar gak nyadar lagi kalo lagi di bohongin. Setidakny kalo aku tau itu alkohol aku bisa menolaknya ketika di tawarin minum, bayangin kalo gak tau bisa bisa asal tengguk aja. Aku juga bawa alkohol ketika naik gunung, alkohol 70% buat P3K hehee.


             Jadi pada intinya, ketika kita melihat sesuatu yang tidak tepat di suatu tempat lebih baik kita berpindah ke tempat lain untuk melihat dari sisi yang berbeda 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang sebuah Nama Rimba

Nama rimba adalah sebuah nama yang dimiliki hampir semua anak pecinta alam. Yang jelas gak ada nama yang bagus dikamus besar nama rimba, kalo gak aneh ya bukan nama rimba namanya. Gak segampang membalikkan tangan untuk mendapatkan nama rimba, ibarat seorang anak yang lahir kedunia yang harus ngejongkrok 9 bulan 10 hari dulu di dalam perut ibu dan ahirnya lahir kedunia dan di anugrai nama oleh kedua orang tua. Nama rimba pun kayak gitu, kita musti ikuan pendidikan dasar pecinta alam yang waktunya udah di tentuin sama panitia baru ketika kita di anggap layak untuk mendapat sebuah nama mereka akan memberikannya kepada kita, dan itu juga menjadikan arti bahwa kita telah menjadi sebuah bagian di antara mereka.

Wapalhi Prusic Competition

Wapalhi Prusic Competition merupakan Program kerja WAPALHI periode 2012-2013. Surat Tugas dari Kepala Suku WAPALHI Andi Purwanto W.10.586.NJ jatuh pada Aditya Bayu W.11.499.WA yang di percaya menjadi Ketua Pelaksana dalam program kerja ini.                          WPC yang kami adakan merupakan sebuah kompetisi yang menitik beratkan pada kemampuan metode penelusuran gua. Jauh sebelum di kenalnya metode SRT (Singgel  Rop Teknis) penelusuran gua masih menggunakan metode prusik. Dari sini kami menggangkat ini untuk di jadikan sebuah ajang kompetisi.  Lomba ini sendiri kami adakan di Wall Climbing POLINES pada tanggal 30-31 Maret 2013. Dengan cakupan peserta pelajar, mahasiswa dan masyarakat  se Jateng DIY.

Buah Cinta Anak Mapala

                                           Pacaran sesama anak mapala itu udah banyak, yang sampai nikah juga udah banyak. Nah loh yang namanya mapala paling terkenal konyol dan seenakke sendiri dan yang bakalan kena getahnya anak anaknya hehe. Salah satu yang pasti bakalan ngefek itu di nama mereka, kayak Eidelwis pasti itu bapak ibuknya mapala. Mahameru, ini pasti orang tuanya suka sama gunung mahameru. Ada juga waktu temenku naek merbabu dia ngeliat anak kecil usia 5th ikutan naik merbabu, gila tu anak pasti bapak ibuknya mapala kalo enggak gak bakalan tu di ijinin anak seusia itu naek gunung. Cerita punya cerita tu anak ngiri sama adiknya yang baru satu tahun udah naik merapi, karena ngeliat adiknya foto di puncak merapi si embak ngerengek minta di ajak naik gunung. Paraaah anak 1th dah diajakin naik gunug,wooy aku seusia itu masih belajar lari, ni anak udah sampai puncak merapi hebat hebat. Beneran ini efek dari bapak ibuknya yang mapala. Coba bapak ibuknya dokter keci