Langsung ke konten utama

Tracking Sumbing Sindoro part 2

Sabtu, kami terbangun di base camp Sindoro. Awalnya enggan sekali membuka mata, sangat sulit membangunkan orang orang kami untuk melanjutkan perjalanan, mungkin karena rasa lelah setelah mendaki gunung Sumbing kemarin di tambah hawa dingin yang membuat kami terlalu nyaman berada di dalam sb. Baru pada pukul 03.30 WIB semua personil terbangun dan siap memulai kembali pendakian berikutnya yaitu gunung Sindoro.

Tidak semua dari kami melanjutkan ke Gunung Sindoro, beberapa orang tinggal di base camp di karenakan cidera kaki. Angga, Dita dan Zakaria tidak bisa menemani kami menyelesaikan misi ini. Sudah menjadi rutinitas kami untuk melakukan pemanasan dan memanjatkan doa sebelum memulai perjalanan. Setelah semua clear kami siap melangkahkan kaki kami. Jalan kampung dan rumah rumah warga menjadi star, di lanjutkan dengan jalur berbatu yang di tata halus sebagai jalan penghubung perkampungan dan jalur pendakian yang lebih landai di bandingkan jalur di Sumbing.


Perjalanan di lanjutkan melewati perkebunan perkebunan warga dan kemudian memasuki hutan pinus. Kami mulai mendaki dari sini, jalur mulai memiliki kemiringan. Jalur yang berupa tanah membuat kaki kami sedikit tersenyum. Jalur menuju pos 1 sangat panjang, kami memakan 2 jam berjalan melewati hutan. Level menigkat dan jalur semakin memiring, kaki pun mulai memanas. Untuk mencapai pos 2 jalur tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.

Perjalanan berlanjut ke pos 3, jalur mulai tersaji dalam deskripsi susunan batu batu gunung sindoro. Kaki harus menahan berat badan lebih keras, kemiringan yang fantastis sedikit memberi harapan kami bahwa kami berada di ketinggian yang lumayan. Sunrise mengiringi perjalanan untuk sampai di pos 3, sayang sekali kami terlambat mencapai pos ini. Pos 3 merupakan tempat yang sering di gunakan untuk mendirikan camp karena tempatnya yang menyajikan pemandangan istimewa dengan gunung Sumbing di depannya.

Next perjalanan kami tinggal setengah jalan, kami melewati fegetasi yang cenderung terdiri dari rumput rumput ilalang dan beberapa pohon yang lebih renggang di bandingkan jalur sebelumnya. Pos 4 letaknya sangat jauh dari pos 3 tetapi pemandangan yang kami lewati mampu menetralkan waktu yang terlewati. Padang eidelwis telah menanti kami di balik pos 4. Dengan sisa tenaga yang ada selangkah demi selangkah kami melewati jalur pendakian ini. Jalur berbatu sangat kontras dengan Eidelwis cantik yang berada di kri kanan jalan. Semakin ke atas eidelwis mulai berkurang berganti dengan pohon-pohon kecil yang menjadi pertanda puncak semakin dekat. Pukul 11.45 WIB kami sampai di puncak Sindoro dengan seizin Tuhan.



Ahirnya kami telah menyelesaikan misi kami menaklukkan puncak sumbing dan sindoro. Rasa lelah kami membuat perut kami keroncongan. Sembari beristirahat kami memasak beberapa bekal yang telah kami siapkan. Kopi hitam panas sungguh nikmat di sandingkan dengan mie rebus kuah ala kadarnya. Cuaca mulai terlihat tidak bersahabat di puncak sindoro ini, anggin berhembus kencang diiringi rintik rintik hujan. Setelah menggambil beberapa dokumentasi kami memutuskan untuk kembali turun.
                                                                                                           Puncak gunung Sindoro

Kami berlari menuruni jalur bebatuan tetapi cuaca 
berubah menjadi cerah ketika kami berpindah di jalur tanah. Kami  dapat melihat dengan jelas hamparan ilalang hijau yang cantik di sepanjang mata  memandang dengan gunung sumbing berdiri tegak di hadapannya. Perjalanan turun kali ini lebih santai karena terkadang kami berhenti menunggu satu sama lain dan mengobrolkan sesuatu. Pada ahirnya pukul 18.00 WIB kami sampai di kembali di pos pendakian gunung Sindoro. Ini sekaligus menjadi pertanda bahwa perjalanan kami selesai dan harus kembali ke Semarang, bangku kuliah telah menunggu kami keesokan hari.

Tracking SuSi (Sumbing Sindoro) selesai

 Dokumentasi Perjalanan

memasak di area puncak sindoro


Upacara sebagai bentuk sukur kami atas izin Tuhan


Foto narsisi di puncak sindoro


Hamparan ilalang yang sangat indah


Negri di atas awan

Watu tatah adalah tempat paling indah untuk menyaksikan kebesaran Tuhan

Kegembiraan dan keceriaan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang sebuah Nama Rimba

Nama rimba adalah sebuah nama yang dimiliki hampir semua anak pecinta alam. Yang jelas gak ada nama yang bagus dikamus besar nama rimba, kalo gak aneh ya bukan nama rimba namanya. Gak segampang membalikkan tangan untuk mendapatkan nama rimba, ibarat seorang anak yang lahir kedunia yang harus ngejongkrok 9 bulan 10 hari dulu di dalam perut ibu dan ahirnya lahir kedunia dan di anugrai nama oleh kedua orang tua. Nama rimba pun kayak gitu, kita musti ikuan pendidikan dasar pecinta alam yang waktunya udah di tentuin sama panitia baru ketika kita di anggap layak untuk mendapat sebuah nama mereka akan memberikannya kepada kita, dan itu juga menjadikan arti bahwa kita telah menjadi sebuah bagian di antara mereka.

Wapalhi Prusic Competition

Wapalhi Prusic Competition merupakan Program kerja WAPALHI periode 2012-2013. Surat Tugas dari Kepala Suku WAPALHI Andi Purwanto W.10.586.NJ jatuh pada Aditya Bayu W.11.499.WA yang di percaya menjadi Ketua Pelaksana dalam program kerja ini.                          WPC yang kami adakan merupakan sebuah kompetisi yang menitik beratkan pada kemampuan metode penelusuran gua. Jauh sebelum di kenalnya metode SRT (Singgel  Rop Teknis) penelusuran gua masih menggunakan metode prusik. Dari sini kami menggangkat ini untuk di jadikan sebuah ajang kompetisi.  Lomba ini sendiri kami adakan di Wall Climbing POLINES pada tanggal 30-31 Maret 2013. Dengan cakupan peserta pelajar, mahasiswa dan masyarakat  se Jateng DIY.

Buah Cinta Anak Mapala

                                           Pacaran sesama anak mapala itu udah banyak, yang sampai nikah juga udah banyak. Nah loh yang namanya mapala paling terkenal konyol dan seenakke sendiri dan yang bakalan kena getahnya anak anaknya hehe. Salah satu yang pasti bakalan ngefek itu di nama mereka, kayak Eidelwis pasti itu bapak ibuknya mapala. Mahameru, ini pasti orang tuanya suka sama gunung mahameru. Ada juga waktu temenku naek merbabu dia ngeliat anak kecil usia 5th ikutan naik merbabu, gila tu anak pasti bapak ibuknya mapala kalo enggak gak bakalan tu di ijinin anak seusia itu naek gunung. Cerita punya cerita tu anak ngiri sama adiknya yang baru satu tahun udah naik merapi, karena ngeliat adiknya foto di puncak merapi si embak ngerengek minta di ajak naik gunung. Paraaah anak 1th dah diajakin naik gunug,wooy aku seusia itu masih belajar lari, ni anak udah sampai puncak merapi hebat hebat. Beneran ini efek dari bapak ibuknya yang mapala. Coba bapak ibuknya dokter keci