Sabtu, kami terbangun di base camp Sindoro. Awalnya enggan
sekali membuka mata, sangat sulit membangunkan orang orang kami untuk
melanjutkan perjalanan, mungkin karena rasa lelah setelah mendaki gunung
Sumbing kemarin di tambah hawa dingin yang membuat kami terlalu nyaman berada
di dalam sb. Baru pada pukul 03.30 WIB semua personil terbangun dan siap
memulai kembali pendakian berikutnya yaitu gunung Sindoro.
Tidak semua dari kami melanjutkan ke Gunung Sindoro,
beberapa orang tinggal di base camp di karenakan cidera kaki. Angga, Dita dan
Zakaria tidak bisa menemani kami menyelesaikan misi ini. Sudah menjadi
rutinitas kami untuk melakukan pemanasan dan memanjatkan doa sebelum memulai
perjalanan. Setelah semua clear kami siap melangkahkan kaki kami. Jalan kampung
dan rumah rumah warga menjadi star, di lanjutkan dengan jalur berbatu yang di
tata halus sebagai jalan penghubung perkampungan dan jalur pendakian yang lebih
landai di bandingkan jalur di Sumbing.
Perjalanan di lanjutkan melewati perkebunan perkebunan warga
dan kemudian memasuki hutan pinus. Kami mulai mendaki dari sini, jalur mulai
memiliki kemiringan. Jalur yang berupa tanah membuat kaki kami sedikit
tersenyum. Jalur menuju pos 1 sangat panjang, kami memakan 2 jam berjalan
melewati hutan. Level menigkat dan jalur semakin memiring, kaki pun mulai
memanas. Untuk mencapai pos 2 jalur tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.
Perjalanan berlanjut ke pos 3, jalur mulai tersaji dalam
deskripsi susunan batu batu gunung sindoro. Kaki harus menahan berat badan
lebih keras, kemiringan yang fantastis sedikit memberi harapan kami bahwa kami
berada di ketinggian yang lumayan. Sunrise mengiringi perjalanan untuk sampai
di pos 3, sayang sekali kami terlambat mencapai pos ini. Pos 3 merupakan tempat
yang sering di gunakan untuk mendirikan camp karena tempatnya yang menyajikan
pemandangan istimewa dengan gunung Sumbing di depannya.
Next perjalanan kami tinggal setengah jalan, kami melewati
fegetasi yang cenderung terdiri dari rumput rumput ilalang dan beberapa pohon
yang lebih renggang di bandingkan jalur sebelumnya. Pos 4 letaknya sangat jauh
dari pos 3 tetapi pemandangan yang kami lewati mampu menetralkan waktu yang
terlewati. Padang eidelwis telah menanti kami di balik pos 4. Dengan sisa
tenaga yang ada selangkah demi selangkah kami melewati jalur pendakian ini.
Jalur berbatu sangat kontras dengan Eidelwis cantik yang berada di kri kanan
jalan. Semakin ke atas eidelwis mulai berkurang berganti dengan pohon-pohon
kecil yang menjadi pertanda puncak semakin dekat. Pukul 11.45 WIB kami sampai
di puncak Sindoro dengan seizin Tuhan.
Ahirnya kami telah menyelesaikan misi kami menaklukkan
puncak sumbing dan sindoro. Rasa lelah kami membuat perut kami keroncongan.
Sembari beristirahat kami memasak beberapa bekal yang telah kami siapkan. Kopi
hitam panas sungguh nikmat di sandingkan dengan mie rebus kuah ala kadarnya.
Cuaca mulai terlihat tidak bersahabat di puncak sindoro ini, anggin berhembus
kencang diiringi rintik rintik hujan. Setelah menggambil beberapa dokumentasi
kami memutuskan untuk kembali turun.
Puncak gunung Sindoro
Kami berlari menuruni jalur bebatuan tetapi cuaca
berubah
menjadi cerah ketika kami berpindah di jalur tanah. Kami dapat melihat dengan jelas hamparan ilalang
hijau yang cantik di sepanjang mata
memandang dengan gunung sumbing berdiri tegak di hadapannya. Perjalanan
turun kali ini lebih santai karena terkadang kami berhenti menunggu satu sama
lain dan mengobrolkan sesuatu. Pada ahirnya pukul 18.00 WIB kami sampai di
kembali di pos pendakian gunung Sindoro. Ini sekaligus menjadi pertanda bahwa
perjalanan kami selesai dan harus kembali ke Semarang, bangku kuliah telah
menunggu kami keesokan hari.
Tracking SuSi (Sumbing Sindoro) selesai
memasak di area puncak sindoro
Upacara sebagai bentuk sukur kami atas izin Tuhan
Foto narsisi di puncak sindoro
Hamparan ilalang yang sangat indah
Negri di atas awan
Watu tatah adalah tempat paling indah untuk menyaksikan kebesaran Tuhan
Kegembiraan dan keceriaan
Komentar
Posting Komentar