Langsung ke konten utama

Mbolang eps.2

         Ini hari ke dua kami, agenda hari ini adalah jako-arsen-kopi bawah-nyatnyono dan kembali ke kampus. Pagi kami selalu di buka dengan sarapan dan binjas, biar tenaga maksimal hehee. Amunisi siap perjalanan di mulai.
        
        Jako, tujuan pertama kami. Setelah melewati kebun teh kami beranjak menuruni punggungan yang kemiringannya mencapai 80 drajat aku rasa. Jalan yang kami lewati adalah jalan setapak yang cukup terjal. Harus jaga jarak satu dan yang lainnya agar tanah yang kami lewati tidak longsor. Setelah sampai di Jako, beberapa dari kami meminta break untuk memberi pupuk ke alam ( pop) hehee disini strategis karena dekat air.
       
        Dari sini perjalanan di bagi dua kelompok, kelompok pertama Ari, Bayu, Erwin, Aji melewati sungai untuk susur sungai. Kelompok ke dua Aku, Guntur, Suminto, Zakaria melewati jalan darat menyisir tepi sungai.

        Kami tim darat bertugas membuka jalur biar besoknya jalur yang akan kami lewati ini terlihat oleh personil lain kami. Jalur kami seperti huruf S yang memotong sungai. Guntur berada di barisan paling depan membawa Gobang, dan kami bertiga di belakangnya membawa tongkat ( Seperti rombongan sungoku yang mencari kitab suci ke arah barat wkwkkw). Kadang muncul celotehan kami yang konyo tapi ini membuat perjalanan kami menyenagkan. Walaupun jalur kami terbilang ekstrim karena beberapa pohon tumbang, tanah longsor tapi kalau dibikin senag semua tidak terasa.
       
         Sampai di Arsen, Kami membersihkan ranting ranting yang berserakan serta beberapa bebatuan yang menghalangi. Besok tempat ini akan menjadi camp kami maka dari itu harus di bersihkan. Menyelesaikan tugas kami di sini kami lanjut ke Kopi Bawah dan bertemu kelompok satunya di sana. Jalur dari Arsen ke Kopi bawah sungguh Subhanallah, kami harus merangkak ke atas, apalagi bawa kerier bisa di bayangkan. Jallur ini yang paling berat aku rasa. Kami berada di atas Curug Lawe yang dulu menjadi tempat pelantikanku.

         Setelah mengumpulkan napas kami yang tercecer sembari berjalan ke kopi bawah, kami bertemu dengan Bayu dan Erwin di jalan. Mereka terpisah dari rombongan karena suatu hal. Mendengar kode teriakan dari Ari yang sudah sampai di Kopi bawah kami semua meluncur turun menghampirinya. Kami melepas lelah disini dengan memanen buah beri yang banyak tumbuh di sekitar kopi bawah.

        Sampai sini berarti perjalanan kami hampir selesai. Kami terpisah lagi mulai dari sini. Beberapa berhenti sejenak untuk sholat di sungai terahir dan beberapa lagi memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Setelah melewati sungai ini dan menaiki punggungan terahir 2 jam lagi kami sampai peradaban. Melewati perkebunan kopi dan pinus ahirnya kami menemukan jalan. Kami tidak berjalan mengikuti jalan aspal tapi kami memilih memotong dengan beberapa kali menuruni punggungan. Di persimpangan jalan kami memilih mengambil jalur kanan. Dari sini kami bisa melihat desa terdekat yang letaknya persis dibawah kami, ini artinya kami harus nyasak turun karena memang gak ada jalan disini.

          Berhasil sampai di desa, kami berjalan sampai mendapat tumpangan ke Alun - alun Ungaran. Dan ternyata lama sekali berjalan kami belum mendapatkan tumpangan. Seperti Zombi kami berjalan menyeret kaki dengan sisa tenaga yang ada, walaupun sudah di isi dengan siomai sebenarnya heheee. Buah dari kesabaran ahirnya kami mendapatkan tumpangan juga seperti prinsip kami " Dari seribu kendaraan pasti ada 1 kendaraan yang akan memberi kami tumpangan (yang penting sabar)". Sampai di Alun alun kami melanjutkan dengan menaiki bus way ( ini jarang jarang berhubung beberapa dari kami terburu buru). Dari Ngesrep kami berjalan kaki sampai di Posko tercinta Posko Damai Wapalhi.

          Perjalan kami selesai. Masih banyak lagi perjalanan dan petualang yang menunggu kami. Caooooooo SALAM RIMBA :D

         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang sebuah Nama Rimba

Nama rimba adalah sebuah nama yang dimiliki hampir semua anak pecinta alam. Yang jelas gak ada nama yang bagus dikamus besar nama rimba, kalo gak aneh ya bukan nama rimba namanya. Gak segampang membalikkan tangan untuk mendapatkan nama rimba, ibarat seorang anak yang lahir kedunia yang harus ngejongkrok 9 bulan 10 hari dulu di dalam perut ibu dan ahirnya lahir kedunia dan di anugrai nama oleh kedua orang tua. Nama rimba pun kayak gitu, kita musti ikuan pendidikan dasar pecinta alam yang waktunya udah di tentuin sama panitia baru ketika kita di anggap layak untuk mendapat sebuah nama mereka akan memberikannya kepada kita, dan itu juga menjadikan arti bahwa kita telah menjadi sebuah bagian di antara mereka.

Wapalhi Prusic Competition

Wapalhi Prusic Competition merupakan Program kerja WAPALHI periode 2012-2013. Surat Tugas dari Kepala Suku WAPALHI Andi Purwanto W.10.586.NJ jatuh pada Aditya Bayu W.11.499.WA yang di percaya menjadi Ketua Pelaksana dalam program kerja ini.                          WPC yang kami adakan merupakan sebuah kompetisi yang menitik beratkan pada kemampuan metode penelusuran gua. Jauh sebelum di kenalnya metode SRT (Singgel  Rop Teknis) penelusuran gua masih menggunakan metode prusik. Dari sini kami menggangkat ini untuk di jadikan sebuah ajang kompetisi.  Lomba ini sendiri kami adakan di Wall Climbing POLINES pada tanggal 30-31 Maret 2013. Dengan cakupan peserta pelajar, mahasiswa dan masyarakat  se Jateng DIY.

Buah Cinta Anak Mapala

                                           Pacaran sesama anak mapala itu udah banyak, yang sampai nikah juga udah banyak. Nah loh yang namanya mapala paling terkenal konyol dan seenakke sendiri dan yang bakalan kena getahnya anak anaknya hehe. Salah satu yang pasti bakalan ngefek itu di nama mereka, kayak Eidelwis pasti itu bapak ibuknya mapala. Mahameru, ini pasti orang tuanya suka sama gunung mahameru. Ada juga waktu temenku naek merbabu dia ngeliat anak kecil usia 5th ikutan naik merbabu, gila tu anak pasti bapak ibuknya mapala kalo enggak gak bakalan tu di ijinin anak seusia itu naek gunung. Cerita punya cerita tu anak ngiri sama adiknya yang baru satu tahun udah naik merapi, karena ngeliat adiknya foto di puncak merapi si embak ngerengek minta di ajak naik gunung. Paraaah anak 1th dah diajakin naik gunug,wooy aku seusia itu masih belajar lari, ni anak udah sampai puncak merapi hebat hebat. Beneran ini efek dari bapak ibuknya yang mapala. Coba bapak ibuknya dokter keci