Langsung ke konten utama

Gua Seplawan

Gua terahir kami di Purworejo, sekaligus menjadi penutup ekspedisi spesialisasi caving kami. Gua ini merupakan gua wisata yang terkenal di Purworejo, pernah ditemukan sebuah arca bersejarah disini. Sebenarnya gua ini merupakan gua vertical, akan tetapi mulut gua telah di bangun tangga untuk akses wisatawan. Jarak antara mulut gua dengan rumah mbah Cokro berkisar 10 menit.

Target utama kami kali ini adalah belajar maping. Tim terdiri dari aku sebagai leader, Budi sebagai pembidik, Bayu sebagai pencatat dan Erwin sebagai sweeper. Kami di temani 4 senior kami yaitu kepala Suku WAPALHI Gombloh, Kepala pendidikan dasar Rizky Novan, Kadiv Caving Rizky Ardiyanto dan korbit 1 Bletog. Mbah Cokro menemani kami sampai di mulut gua, karena sudah larut maka Andi yaitu senior kami mengantarkan mbah Cokro kembai ke rumah.

Eksplor kami mulai pukul 9 malam, hujan turun deras mala ini. Salah satu keunggulan caving adalah tidak terbatas  oleh waktu dan cuaca hehee. Setelah 1 jam melakukan maping, hasrat untuk eksplor kami tergugah. Coro corone gak marem yen urung mentog (belum puas kalo belum kepentok).


Gua Seplawan indah banget, sempat terbayang di kepalaku andai saja gua ini tidak di jadikan gua wisata, pasti ornamen ornamen di dalamnya akan terjaga. Kecewa dengan tangan tangan usil wisatawan yang melempari dinding gua dengan lumpur atau  bahkan mengukir nama mereka di dinding, ini membuat ku jadi tahu kalau ada manusia yang bernama Rini pernah memasuki gua ini.
            
 Kami mencoba masuk ke bagian yang lebih dalam di gua ini, kalo boleh di gambarkan gua Seplawan ini seperti labirin raksasa, terdapat aliran air di dalamnya. Kami melewati batas tanda untuk wisatawan, memasuki setiap celah, dan memanjat dinding gua. Ruang ruang yang tidak terjamah manusia lebih indah. Kami menemukan mutiara gua di dalamnya. Kepuasan batin tersendiri ketika menemukan ornamen gua yang masih hidup atau berpendar.

Waktu menunjukkan pukul 1 dini hari, kami memutuskan untuk kembali. Sebenarnya kami belum puas eksplor, akan tetapi kami belajar untuk mematuhi kesepakatan yang telah kami buat sendiri dan mengalahkan ego kami. Kami kembali ke base came pukul 1 lebih, mbah Cokro masih menyambut kami, kami sempat kikuk karena telah membanguankan beliau. Akan tetapi beliau tetap ramah dan menemani kami dengan cerita cerita beliau tentang Seplawan.

Ketika manusia bisa menjaga nafsu dan ego mereka, sebuah keseimbangan akan tetap terjaga. Bebas bukan berarti kita bisa melakukan semuanya sesuka kiita, tapi bebas berarti mampu mengetahui batas norma yang tidak boleh di lewati. SALAM SPELEO…

gambar yang kami ambil di gua seplawan
mbah cokro mengantarkan kami di gua seplawan
 Gua seplawan yang dibuka untuk wisatawan, telah dipasangi penerangan. Wisatawan tidak perlu memakai senter disini.
 Foto kami bersama kapendas dan kasuk.

Setelah eksplor bersih bersih dulu, jalur yang kami lewati benar benar berlumpur. Kedalaman lumpur mencapai lutut

Jangan liat orangnya yang cantik heheheee
ini adalah curtain yang bertahun tahun lagi akan menjadi salah satu keindahan gua seplawan yang wajib di jumpai. Ketika kita mampu menahan nafsu kita untuk menyentuhnya
 Ini gambar jelasnya

Mutiara gua yang indah,, terdapat di dalam gua seplawan yang gelap dan pengap
 Mutiara Gua
 Mutiara Gua

ornamen gua yang kami eksplor

 Amplipighi yang terdapat di dalam gua seplawan.


Kapendas dan kasuk di depan batu tetes
 Batu tetes

 Mas Bletog, senior yang membuat ku tertarik dengan caving


Kapendas, mas jengkol. Yang mengajariku untuk peka dan selalu impruf

Mas Bletog, senior ku di caving

hahhhaaa kapendas e gokil, pinter pose

Aktifitas setelah eksplor, mencuci alat alat di sendang

Nyuci karmentel pake prusik


  FOTO BARENG MBAH COKRO SEBELUM KEMBALI KE SEMARANG

Komentar

  1. nice, seng sregep nak nulis blog, ojo setengah2. kok kayake nulise setengah2 kabeh

    BalasHapus
  2. hehheeee di sensor,, sebagian lali

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang sebuah Nama Rimba

Nama rimba adalah sebuah nama yang dimiliki hampir semua anak pecinta alam. Yang jelas gak ada nama yang bagus dikamus besar nama rimba, kalo gak aneh ya bukan nama rimba namanya. Gak segampang membalikkan tangan untuk mendapatkan nama rimba, ibarat seorang anak yang lahir kedunia yang harus ngejongkrok 9 bulan 10 hari dulu di dalam perut ibu dan ahirnya lahir kedunia dan di anugrai nama oleh kedua orang tua. Nama rimba pun kayak gitu, kita musti ikuan pendidikan dasar pecinta alam yang waktunya udah di tentuin sama panitia baru ketika kita di anggap layak untuk mendapat sebuah nama mereka akan memberikannya kepada kita, dan itu juga menjadikan arti bahwa kita telah menjadi sebuah bagian di antara mereka.

Wapalhi Prusic Competition

Wapalhi Prusic Competition merupakan Program kerja WAPALHI periode 2012-2013. Surat Tugas dari Kepala Suku WAPALHI Andi Purwanto W.10.586.NJ jatuh pada Aditya Bayu W.11.499.WA yang di percaya menjadi Ketua Pelaksana dalam program kerja ini.                          WPC yang kami adakan merupakan sebuah kompetisi yang menitik beratkan pada kemampuan metode penelusuran gua. Jauh sebelum di kenalnya metode SRT (Singgel  Rop Teknis) penelusuran gua masih menggunakan metode prusik. Dari sini kami menggangkat ini untuk di jadikan sebuah ajang kompetisi.  Lomba ini sendiri kami adakan di Wall Climbing POLINES pada tanggal 30-31 Maret 2013. Dengan cakupan peserta pelajar, mahasiswa dan masyarakat  se Jateng DIY.

Buah Cinta Anak Mapala

                                           Pacaran sesama anak mapala itu udah banyak, yang sampai nikah juga udah banyak. Nah loh yang namanya mapala paling terkenal konyol dan seenakke sendiri dan yang bakalan kena getahnya anak anaknya hehe. Salah satu yang pasti bakalan ngefek itu di nama mereka, kayak Eidelwis pasti itu bapak ibuknya mapala. Mahameru, ini pasti orang tuanya suka sama gunung mahameru. Ada juga waktu temenku naek merbabu dia ngeliat anak kecil usia 5th ikutan naik merbabu, gila tu anak pasti bapak ibuknya mapala kalo enggak gak bakalan tu di ijinin anak seusia itu naek gunung. Cerita punya cerita tu anak ngiri sama adiknya yang baru satu tahun udah naik merapi, karena ngeliat adiknya foto di puncak merapi si embak ngerengek minta di ajak naik gunung. Paraaah anak 1th dah diajakin naik gunug,wooy aku seusia itu masih belajar lari, ni anak udah sampai puncak merapi hebat hebat. Beneran ini efek dari bapak ibuknya yang mapala. Coba bapak ibuknya dokter keci