Pendakian gunung
Gede Pangrango ini pada awalnya merupakan rangkaian kegiatan pendakian masal
oleh Mahepala UNIKA, namun karena quota tidak memenuhi pendakian dibatalkan.
Hal ini tidak membuat niat kami surut, ahirnya kami putuskan untuk tetap
melakukan pendakian ke gunung gede pangrango sendiri.
Gunung Gede
Pangrango terletak di Bogor Jawa Barat. Puncak Gede memiliki ketinggian
2.958 mdpl, sedang Pangrango 3.019 mdpl. Pendakian ini di
ikuti oleh Saya, Tengu (Kasuk Wapalhi), kondom, Gendon,
Piyik, Pluruth, Munyuk, Tuyul,
Sempak, Gori dan Gablok, kangbalung,
kang tai kuda,
kang lethong, kang wedhus, kang petruk, kang kokom, Ilham dan kang
Yassin. Perjalanan dimulai hari Rabu sore 16 Mei 2012. Dari Posko
Damai Wapalhi, pukul 17:00 WIB
kami berangkat menuju terminal
Banyumanik, akan tetapi perjalanan menuju Bogor di mulai pukul 18.30
WIB. Bus yang kami pakai adalah bus malam
Tunggal Daya, dengan tarif Rp.
105.000,- per orang.
Hari kedua, Kamis, 17
Mei 2012. Kami sampai di Jakarta sekitar pukul 04:30 dan sampai di Ciawi Bogor
pada pukul 07:15.
Untuk sampai ke basecamp, kita bisa menggunakan angkot, biaya
berkisar Rp 15.000.- per orang. Perjalanan kami dari Ciawi menuju
basecamp sekitar 2,5 jam,
mengingat jalur Puncak sangat padat karena
diberlakukannya sistem buka - tutup 1 arah, serta libur panjang. Jalur
yang kami gunakan dalam pendakian ini adalah naik gunung putri dan turun
melalui Cibodas. Gunung gede pangrango sendiri memiliki 3 jalur pendakian yaitu
Cibodas, Gunung Putri dan Selabintana. Diantara ketiga jalur tesebut yang
paling mudah dilewati adalah Cibodas dan yang tersulit adalah Selabintana.
Adapun kuota untuk masing - masing jalur adalah 300 pendaki/hari untuk jalur
Cibodas, 200 pendaki/hari untuk jalur Gunung Putri dan 100 pendaki/ hari untuk
jalur Selabintana.
Sesampainya di pos
pendakian gunung putri, kami melakukan perijinan, melengkapi persyaratan dan
juga memmbayar biaya administrasi. Biaya administrasi untuk gunung
Gede Pangrango Rp 14.000,- per orang. Di pos pendakian
gunung putri kami memutuskan
untuk beristirahat, serta melakukan persiapan sembari menunggu personil yang
datang dari Jakarta. Setelah beristirahat cukup dan juga sharing pengalaman
antar personil, kami mulai mempersiapkan pendakian pukul 22:00. Setelah upacara
dan juga berdoa bersama, kami mulai pendakian pada pukul 22:20. Jalur awal yang
dilewati berupa tanah berundak, tanah bercampur batu dan juga akar pohon. Untuk
pendaki yang memiliki jam terbang cukup, jalur
seperti ini cukup menguras tenaga
Namun bila orang awan dan juga orang tua, jalur seperti ini mungkin dirasa
cukup berat. Jadi untuk pendakian yang menanjak ini memerlukan beberapa kali
istirahat. Pos 1 dijumpai plang pintu masuk gunung Gede, pos 2 buntut lutung.
Pendakian memerlukan waktu sekitar 6,5 jam untuk sampai di basecamp Alun - alun
timur Surya Kencana (Surken). Sesampainya di Surkem kami bergegas membongkar
kerier, mendirikan tenda dan mempersiapkan konsumsi.
Hari ketiga,
Jumat, 18 Mei 2012
Surken. Setelah camp
berdiri dan juga mempersiapkan sarapan, Mentari mulai
mucul dari tidurnya. Pemandangan matahari terbit di Surken cukup mengobati
lelah yang didapat saat menapaki jalur yang cukup terjal. Surken sendiri
merupakan tempat untuk mendirikan tenda yang terbilang nyaman. Luas dari surken
cukup untuk menampung ratusan pendaki dan puluhan tenda. Pemandangan yang disajikan pun cukup
menyejukan mata, tampak gunung Gede dan juga gunung Galunggung. Selain itu
terbentang luas bunga edelweiss. Pukul 07:30 kami menikmati sarapan pagi. Setelah
mengisi perut persiapan serta packing dilakukan pada pukul 09:30 sampai dengan
pukul 10:30.
Pada pendakian
gunung Gede ini, jalur yang dilewati cukup terjal, jalan berupa batu dan
juga akar pohon.
Edelweiss adalah tanaman yang
terdapat disepanjang perjalanan dan terkadang dijumpai berry liar.
Untuk sampai puncak Gede tidak memerlukan waktu
lama, sekitar pukul
11:15 kami telah mencapai puncak
Gede. Di puncak Gede kami putuskan untuk istirahat dan juga menikmati
pemandangan serta menggambil
beberapa gambar. Puncak Gede berbentuk sebuah tanah lapang memanjang,
yang dari atas terlihat
kawah beleran.
Tujuan
perjalanan berikutnya, yaitu
Puncak Pangrango. Setelah
dirasa cukup beristirahat, perjalanan dilanjutkan menuju
temapt camp berikutnya yaitu kandang badak. Jalur turun menuju kandang badak
masih terbilang cukup sulit, karakteristik masih sama, yaitu batu dan juga akar
pohon. Butuh waktu 1,5 jam untuk sampai di kandang badak.
Sesampainya di kandang badak kami mendirikan tenda untuk
beristirahat dan mempersiapkan makan malam. Tim sempat menikmati
dinginnya guyuran hujan. Menginjak
petang, acara berlanjut,
yaitu makan malam.
Setelah menikmati makan malam dilanjutkan acara sharing
antar personil.
Hari keempat, Sabtu, 19
Mei 2012, Kandang Badak (2.400 mdpl). Pukul 04:30 kami bangun untuk
mempersiapkan pendakian menuju
puncak Pangrango. Bahkan
mataharipun belum muncul. Setelah
mempersiapkan perbekalan yang dibawa, perjalanan dimulai pukul 04:50. Tidak
semua anggota berangkat ke puncak Pangrango. Pendakian diikuti oleh saya, Tengu
(Kasuk Wapalhi), kang Petruk, kang Yassin, Piyik, Pluruth, Munyuk, Gori dan
Gablok.
Jalan yang
dilalui untuk jalur
ke puncak Pangrango cukup sulit, yaitu berupa jalan sempit, licin dan
juga banyak sekali pohon tumbang, membuat kami terkadang harus menunduk untuk
melewati pohon tumbang tersebut. Perjalanan dari camp kandang
Badak menuju puncak Pangrango
membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam. Pukul 07:30 wib kami telah
sampai di puncak Pangrango.
Puncak Pangrango terdiri atas pepohonan rindang yang cukup tertutup. Arah Tenggara
menghadap puncak Gede.
Setelah mengambil beberapa gambar, tim memutuskan
untuk beristirahat di lembah
Mandalawangi. Lembah Mandalawangi
adalah tempat yang
sangat indah dan nyaman untuk
dijadikan tempat istirahat. Perjalanan menuju lembah Mandalawangi membutuhkan
waktu sekitar 15 menit. Sepanjang mata memandang kami menjumpai edelweis yang
tengah bermekaran, dari sini kami juga dapat melihat gunug salak Tempat yang luar biasa untuk membunuh waktu.
Di tempat ini
juga Soe Hok Gie kerap menghabiskan waktu dan juga tercipta puisi berjudul
Mandalawangi Pangrango.
MANDALAWANGI PANGRANGO –
Senja
ini, ketika matahari turun kedalam jurang - jurangmu aku datang kembali kedalam
ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu walaupun setiap orang berbicara
tentang manfaat dan guna aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan dan aku
terima kau dalam keberadaanmu seperti kau terima daku
aku
cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi sungaimu adalah nyanyian keabadian
tentang tiada hutanmu adalah misteri segala cintamu dan cintaku adalah kebisuan
semesta
malam
itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali Dan
bicara padaku tentang kehampaan semua
hidup
adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya tanpa kita mengerti, tanpa–
– kita bisa menawar terimalah dan
hadapilah –
dan
antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu
aku
cinta padamu Pangrango karena aku cinta pada keberanian hidup
Jakarta
19-7-1966
Setelah puas
menikmati istirahat, pukul 08:50 WIB kami memutuskan untuk turun ke kandang
Badak, melewati jalur yang sama.
Perjalanan turun memerlukan
waktu relatif lebih cepat yaitu 1 jam. Sesampainya di kandang badak, tim
basecamp telah mempersiapkan sarapan pagi. Setelah menikmati sarapan pagi dan
packing pukul 11:15 kami memutuskan turun melalui jalur Cibodas. Di jalur ini
banyak sekali ditemui pemandangan
yang indah berupa
shelter/ tempat mendirikan camp serta beberapa pos seperti Shelter
Panca Weuleuh, Air
Terjun Panca Weuleuh, shelter
Kandang Batu, Shelter Air
Terjun Panas,
Pondok Pemandangan (2.100
mdpl), Shelter Batu Kukus 1, 2, 3, Shelter Batu Kukus 1, 2,
Air Terjun Cibeureum (1.620
mdpl), Rawa Panyangcangan,
shelter Telaga Biru (1.575 mdpl), Shelter Tarengtong, Pos Pengamatan
Burung, Pintu Masuk
Cibodas. Dalam perjalanan kami memutuskan beristirahat pada pos Panyangcangan pada
pukul 13.30. Setelah istirahat dan menikmati air terjun Cibeureum. Pukul 14:15 kami
turun ke Cibodas.
Sampai Resort Mandalawangi pada pukul 15:00. Di pasar
Mandalawangi kami sempat berbelanja oleh oleh, tim berpisah dengan personil
yang berdomisili di Jakarta. Personil yang
Pulang ke Semarang
berjumlah 11 orang.
Dari sini kami turun ke cibodas menggunakan angkot. Setelah sampai
Cibodas kami menggunakan jasa transportasi bus akap "Doa Ibu" dengan
tarif Rp. 15.000,- per orang. Tujuan terminal Kampung Rambutan, Jakarta.
Sampai di terminal Kampung
Rambutan pukul 19:00, lalu melanjutkan perjalanan ke rumah tengu di Jakarta
timur dengan bus TransJakarta dengan tarif Rp. 3.500,- per orang. Bus berhenti
di shelter Bea
Cukai Ahmad Yani, dan
meneruskan perjalanan berjalan
kaki sampai rumah Tengu pada pukul 21:00. Setelah bercengkrama dengan
orang tua dari kasuk, dan
makan malam serta mandi, tim
beristirahat.
Hari Kelima,
Minggu, 20 Mei 2012, Rumah Tengu, Utan Kayu, Jakarta Timur.
Hari minggu adalah hari bebas,
terserah ingin menikmati Jakarta sesuka
hati. Sebagian besar tim memutuskan main
ke Monumen Nasional (Monas).
Kelompok yang pergi menuju
ke Monas
adalah Saya, Kondom, Gendon, Piyik,
Pluruth, Tuyul, Sempak dan Gori. Sedangkan Gablok
memutuskan mengunjungi saudara di Jakarta Selatan. Setelah seharian
jalan jalan di monas kemudian kami
melakukan persiapan packing untuk pulang
ke Semarang. Setelah berpamitan
dengan Orang Tua Tengu pada pukul 18.30
kami menuju Stasiun Pasar Senen
dengan menggunakan angkot,
memakan waktu sekitar 20 menit. Sesampainya Stasiun kami
beristirahat sembari menunggu
Kereta yang datang pada pukul 21:30 WIB. Kereta berangkat pada pukul 21:38,
perjalanan 9 jam di atas kereta. Kereta sampai Stasiun Poncol pada pukul 06:28,
dan langsung mencari bus untuk langsung menuju kampus Polines. Bus sampai di
kampus Polines Raya pukul 07:15 wib, dan beberapa dari kami termasuk saya
langsung meluncur ke kelas masing - masing untuk mengikuti mata kuliah, dan
rutinitas di Tembalang- pun dimulai kembali.
Ini bukan merupakan akhir cerita
petualangan, ini hanya jeda waktu sebentar, untuk mempersiapkan petualangan -
petualangan berikutnya.
Komentar
Posting Komentar