Ahir ahir ini dunia percavingan
sedang dilanda musibah heboh pemberitahuan disana sini. Beberapa saudara kami
sesama caver harus mengalami musibah di akibatkan cuaca yang kurang bersahabat.
Pagi begitu cerah tapi siang mampu berubah menjadi hujan lebat beriring badai.
Baru saja kami harus kehilangan saudara kami alm Batum dan alm Hari dari
Mapateksi. Sungguh menyakitkan rasanya ketika kamu harus mencari korban yang
sudah jelas meninggal dan itu sendiri merupakan orang yang kamu kenal. Menyusul
setelah itu saudara kami dari dari Matala biogama yang menjadi korban di gua
seropan.
Ini juga menjadi alasan kenapa
aku begitu keras dalam melatih adik adik ku di Caving, Caving merupakan
olahraga alam bebas yang sangat berbahaya. Dan aku gak mau terjadi apa apa pada
adik adik ku sendiri. Aku gak tau apa yang ada di pikiran mereka tentang aku,
yang jelas aku gak mau mereka teledor ketika di lapangan. Semua kemungkinan
dapat terjadi di lapangan, dan kita harus belajar menanggulangi itu semua.
Terima kasih kepada rekan rekan
alm yang telah menjadikan semua itu pembelajaran yang berharga bagi kami. Kita
harus bersukur karena kita tidak harus merasakan semua itu untuk menggambil
ilmu di baliknya. Sebagai seorang pengiat alam bebas kita harus mengutamakan
savety first. Dan itu gak ada kompromi, kalau kita mengesampingkannya kita
harus siap mendapatkan resikonya.
Terbesit di kepalaku ingatan saat
memasuki gua Tulangan sendirian. Dalam kondisi hujan lebat aku sebagai
instruktur caving nekat memasuki gua yang merupakan aliran air itu. Air
mengalir deras saat itu, tapi aku tetap nekat memasukinya. Kalau ditanya apa
gak takut , jujur aku takut saat itu. Bahkan aku akui itu merupakan pertama
kalinya aku merinding masuk kedalam gua di tambah aku harus memasuki gua itu
sendirian. Suara riuh air yang bertabrakan di dinding dinding gua membuat ku
merinding dinggin. Setengah jam aku sendirian di dalam gua sampai ahirnya 2
orang yang berjaga di gua lain menghampiriku di dalam. Mereka mengatakan kalau
gua Kampret tidak berani di lalui karena derasnya aliran air.
Saat meresqu teman ku alm Batum
dan Hari yang terhanyut air bah di gua Kampret. Itu membuatku termenung. Gua
Kampret yang notabenya di bawah gua Tulangan saja mampu terkena air bah yang
begitu deras, itu berarti Gua Tulangan saat itu dapat dipastikan telah penuh
dengan air. Ini membuat ku merinding, gak kebayang kalau semua itu terjadi
ketika aku sedang berada di dalam gua Tulangan. Air bah ini datang ketika siang
bolong dan hujan pun tidak turun. Sedangkan aku memasuki gua dalam kondisi
hujan deras.
Istigfar berulang ulang terucap
di hatiku. Aku bersukur pada Allah telah menjagaku malam itu. Dan ini menjadi
sebuah pembelajaran berharga bagiku, bahwa keselamatan itu nomer satu. Gak usah
nekat deh kalo emang cuaca gak bersahabat, kita harus mulai bicara pake logika
akal sehat.
Tetep semangat buat teman teman
Caver, semoga semua musibah yang baru kita alami menjadi tamparan keras bagi kita
agar mengutamakan prosedur keamanan di lapangan, sekaligus membuat kita peka
terhadap bahasa alam. Salam speleo....
Komentar
Posting Komentar