Langsung ke konten utama

Eksplor Gua Tapen



                 
             Kegiatan eksplor gua Tapen merupakan serangkaian kegiatan DikJut Caving WAPALHI. Kegiatan ini dilaksanakan di area kars Parangndog Gunung Kidu Jogjakarta, merupakan sebuah bentuk kegiatan dilapangan untuk mengaplikasikan materi materi Caving yang telah didapat sebelumnya. Peserta DikJut adalah Anggota Muda WAPALHI; Robinson Nasution (Tobil), Anga Amuru Nasa (Upil) dan Hesti Nurhayati (Srenggi) sedangkan yang mendampingi adalah anggota aktif ; saya sendiri Lili Vebriana Ichsan (Balsem), Budi Ariyanto(Gori), Aditya Bayu K (Werog), Erwin Tri Darmawan ( Gablog) dan Andi Purwanto (Tengu) Kepala Suku WAPALHI.

                Hari Jum’at , 12 April 2013 pukul 20.00 WIB semua peserta dan pendamping terkeculi saya berangkat dari posko damai WAPALHI setelah sebelumnya mengadakan upacara pemberangkatan. Saya sendiri harus berangkat lebih awal untuk menggambil beberapa alat di mas Pelo GRANAT (Salatiga) dan mas Untung (MAHAMERU UPN Jogjakarta). Kami bertemu di depan kampus UPN Jogja Pukul 23.00 WIB baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Parangndog bersama sama dan sampai di tempat tujuan pukul 01.30 WIB. Rasa lelah karena perjalanan malam memper cepat gerakan kami untuk membongkar kerier dan menyiapkan base camp agar semakin cepat pula kamiberistirahat tidur.

                Sabtu, 13 April 2013 Rasa lelah dan waktu tidur yang terlampau pagi berimbas pada kemoloran dalam kegiatan hari ini.  Kegiatan benar benar di mulai pukul 09.30 WIB setelah sebelumnya melakukan persiapan baik berupa penceklisan alat, pengesetan alat, sarapan dan pemanasan. Hari ini merupakan harinya anggota muda, kami sebagai pendamping bertugas mengontrol dan membek up mereka, masalah reging dan sebagainya kami serahkan kepada mereka.

                Robin berperan sebagai regingman, Angga sebagai asisten reging dan hesti sebagai player ke 2. Membutuhkan waktu 1,45 menit buat Robin untuk menyelesaikan jalur di Gua Tapen ini ( 1 dari sekian gua vertical yang ada di daerah kars parangndog). Kemudian di lanjutkan masuk setelahnya Hesti, Angga, Bayu, Saya, dan Terahir Budi, sedangkan Erwin dan Andi berada di luar untuk berjaga jaga di depan mulut gua.

                Setelah semuanya masuk dalam gua, Eksplor ini dimulai. Kita mengawali perjalanan dengan menyusuri turunan kecil yang kita lewati dengan cara climb down. Ternyata gua ini sungguh menarik, kami harus beberapa kali Climb down untuk melewati jalur mungkin sampai 5 atau 6 kali seperti menurui tangga dalam kapasitas giant. Terkadang kami harus berjalan merunduk merendahkan posisi tubuh agar tidak terbentur dinding dinding gua. Udara didalam juga sangat tipis, seperti berbagi udara satu dengan yang lainnya sampai sampai kita dapat mencium aroma mulut satu sama lain karena hampir semua bernapas dengan mulut. Untuk menghindari sentuhan dengan ornament ornament yang ada didinding gua, kami harus berjalan dengan menepel dinding gua seberang ornament. Sungguh pengalaman yang mengasikkan, dan eksplor kami harus berhenti ketika kami bertemu pitch dan keterbatasan alat membuat kami tidak bisa melaluinya. Perjalanan kembali ke atas tidak kalah menariknya, dikarenakan kami harus kembali climbing dinding dinding gua menggangkat tubuh kami. Beberpa webing yang kami tinggalkan cukup membantu kami untuk climbing karena ketinggian bisa mencapai 3m.

                Semuanya kembali ke permukaan melewati jalur hasil karya Robin yang di dalamnya terdapat 1 simpul ( karena tali kita friksi ) dan 1 Defiasi. Kali ini Bayu naik terlebih dulu karena dia harus melepas set dan kemudian mentransfernya untuk Budi. Saya mendapat urutan kedua kemudian Hesti dibelakang saya dilanjutkan Robin, Budi dan terahir Angga yang bertugas cleaning. Eksplor Gua Tapen benar benar selesai setelah semua peserta dan pendamping sampai di permukaan yaitu pukul 15.00 WIB. Dan Gua Kayu siap menunggu di depan mata.

To be Continue @Gua Kayu Ayu 


beberapa dokumentasi yang kita ambil di gua tapen


Persiapan sebelum masuk gua, pemanasan dulu man


pembuatan jalur atau sering di sebut raging


Mulut gua kalau dilihat dari atas 


tahap pembuatan jalur, raging man mencoba menuruni jalur

eksen dulu hehhe tetep kece di dalam gua :D


guanya sempit, kita musti nyelip nyelip 


personil dari SA , dari kanan : anga, hesti dan robin

 
Personil dari Wulung Adri : dari kanan aku lili dan budi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang sebuah Nama Rimba

Nama rimba adalah sebuah nama yang dimiliki hampir semua anak pecinta alam. Yang jelas gak ada nama yang bagus dikamus besar nama rimba, kalo gak aneh ya bukan nama rimba namanya. Gak segampang membalikkan tangan untuk mendapatkan nama rimba, ibarat seorang anak yang lahir kedunia yang harus ngejongkrok 9 bulan 10 hari dulu di dalam perut ibu dan ahirnya lahir kedunia dan di anugrai nama oleh kedua orang tua. Nama rimba pun kayak gitu, kita musti ikuan pendidikan dasar pecinta alam yang waktunya udah di tentuin sama panitia baru ketika kita di anggap layak untuk mendapat sebuah nama mereka akan memberikannya kepada kita, dan itu juga menjadikan arti bahwa kita telah menjadi sebuah bagian di antara mereka.

Wapalhi Prusic Competition

Wapalhi Prusic Competition merupakan Program kerja WAPALHI periode 2012-2013. Surat Tugas dari Kepala Suku WAPALHI Andi Purwanto W.10.586.NJ jatuh pada Aditya Bayu W.11.499.WA yang di percaya menjadi Ketua Pelaksana dalam program kerja ini.                          WPC yang kami adakan merupakan sebuah kompetisi yang menitik beratkan pada kemampuan metode penelusuran gua. Jauh sebelum di kenalnya metode SRT (Singgel  Rop Teknis) penelusuran gua masih menggunakan metode prusik. Dari sini kami menggangkat ini untuk di jadikan sebuah ajang kompetisi.  Lomba ini sendiri kami adakan di Wall Climbing POLINES pada tanggal 30-31 Maret 2013. Dengan cakupan peserta pelajar, mahasiswa dan masyarakat  se Jateng DIY.

Buah Cinta Anak Mapala

                                           Pacaran sesama anak mapala itu udah banyak, yang sampai nikah juga udah banyak. Nah loh yang namanya mapala paling terkenal konyol dan seenakke sendiri dan yang bakalan kena getahnya anak anaknya hehe. Salah satu yang pasti bakalan ngefek itu di nama mereka, kayak Eidelwis pasti itu bapak ibuknya mapala. Mahameru, ini pasti orang tuanya suka sama gunung mahameru. Ada juga waktu temenku naek merbabu dia ngeliat anak kecil usia 5th ikutan naik merbabu, gila tu anak pasti bapak ibuknya mapala kalo enggak gak bakalan tu di ijinin anak seusia itu naek gunung. Cerita punya cerita tu anak ngiri sama adiknya yang baru satu tahun udah naik merapi, karena ngeliat adiknya foto di puncak merapi si embak ngerengek minta di ajak naik gunung. Paraaah anak 1th dah diajakin naik gunug,wooy aku seusia itu masih belajar lari, ni anak...