Walaupun
Mendengar kalau gunung Ciremai di tutup, namun kami bertiga; aku, Budi ( Gori
), Guntur ( Gendon ) tetap berangkat dari Semarang. Kami di antar anak – anak
sampai ke stasiun Poncol, jam 19.00 kami bertolak. Di kereta kami bertemu
dengan anak – anak Argapeta yang akan berangkat lomba ( Semoga mereka pulang
membawa kemenangan …amien ).
Perjalanan
di kereta ini terasa singkat, mungkin karena kami semua tertidur lelap. Jam
23.30 kami sampai di Stasiun Prujakan Cirebon. Kami bermalam di sini malam ini.
Paginya baru melanjutkan perjalanan ke rumah sodara mas Gendon. Kami harus
berjalan sekitar 400m untuk sampai di jalur angkot, kami naik angkot D6 sampai
di halte. Kemudian oper mini bus sampai di pertigaan Linggarjati, selanjutnya naik
ojek sampai di rumah alm wak Danu. Kami menghabiskan satu hari di Cilimus
menyusun perbekalan sembari menunggu adik – adik kami yang menyusul dari
Semarang.
9/2 2013
Sabtu 05.00
kami bangun dan bersiap melakukan pendakian gunung Ciremai. Kami di antar om Memed
sampai di pertigaan Linggarjati. Dari
sini kami mulai berjalan, sebenarnya ada angkot dan ojek untuk sampai
pos pendakian namun karena uang kami hanya tersisa untuk birokrasi kami memilih
untuk berjalan saja. Hampir 1 jam kami berjalan ahirnya sampai juga di pos
pendakian Linggasana, kemudian melakukan perijinan dan beristirhat sejenak.
Kami
berpisah dengan adik adik kami, karena kami naik lewat Linggasana dan mereka
lewat Linggarjati. Kami akan bertemu di Kondang Amis nantinya.
Jam 10.00
kami mulai berjalan lagi, butuh waktu 15 menit sampai di Gapura kaki gunung.
Kami memulai berjalan keatas, perjalanan terasa berat. Aku sendiri terkadang
berhenti dan membuat yang lainnya ikut berhenti. Kami melewati pos Sigenteng
dan Kramat Kikuwu, kemudian menggambil jalur ke kanan arah Linggarjati.
Kami
melewati jalur yang begitu rimbun, bahkan terkadang kami menemukan jejak singa.
Kami sampai di kondang amis jam 12.30 WIB, aku berjaga di pos, gendon dan gori
mencari air. Sembari menunggu mereka aku shalat lebih dulu. Saat mereka dating mereka
bergantian untuk shalat. Setelah semuanya selesai, aku dan gori membawa
beberapa botol untuk mengambil air di bawah. Untuk mengambil air kami harus kembali
ke jalur linggasana dan melewati Jalur yang begitu curam. Setelah mendapatkan
beberapa air kami kembali ke pos.
Saat kami
mempaking ulang perkab kami di Pos Kondang Amis, adik –adik kami dating. Kita
sempat mengira mereka di depan kami ternyata mereka di belakang kami. Dari
kondang amis kami melanjutkan perjalanan dan sampai di Kuburan Kuda jam 16.00
WIB, ditengah perjalanan kami beberapa kali menemui lahan camp tanpa nama.
Hujan turun begitu lebat ketika dalam perjalanan. Adik adik kami berhenti
sejenak, namun kami putuskan untuk tetap berjalan. Sampai di Kuburan Kuda kami
mendirikn camp, masak dan membuat perapian ( tapi gagal hehheee )
10/2 2013
Semalam kami
kurang tidur karena udara yang begitu dingin. Alhasil aku terbangun dulu,
sholat kemudian masak. Karena makanan sudah siap jam 07.00 WIB kami langsung
makan dilanjutkan bongkar doom dan packing untuk melanjutkan kegiatan. Jam
09.00 WIB kami memulai perjalanan, 45 menit kemudian kami sampai di Pangalap,
10 menit selanjutnya sampai di tanjakan Bin Bin dan 25 menit sampai di tanjakan
Seruni.
Dalam perjalanan kami bertemu dengan beberapa pendaki lain, ada yang dari Jakarta, Bandung dan juga Cirebon. Perjalanan terasa berat karena jalur yang kami lewati memiliki kemiringan kurang lebih 70°. Beberapa kali kami harus memanjat dan mendorong tubuh kami keatas. Hujan yang turun membuat kami harus tetap bergerak, agar tubuh tidak semakin dingin. Hujan juga menjadi berkah bagi kami karena memberi kesempatan untuk mengambil air.
Dalam perjalanan kami bertemu dengan beberapa pendaki lain, ada yang dari Jakarta, Bandung dan juga Cirebon. Perjalanan terasa berat karena jalur yang kami lewati memiliki kemiringan kurang lebih 70°. Beberapa kali kami harus memanjat dan mendorong tubuh kami keatas. Hujan yang turun membuat kami harus tetap bergerak, agar tubuh tidak semakin dingin. Hujan juga menjadi berkah bagi kami karena memberi kesempatan untuk mengambil air.
14.15 WIB
kami sampai di Batu Lingga. Mulai dari sini jalur lebih terjal. Jalur ini hampir
serupa dengan jalur di merapi. Bayang bayang puncak menjadi motivasi setiap
langkah kami. Kami mendirikan camp di Sanggabuana II tapi kami sebelumnya harus
melewati Sanggabuana I yang dapat di tempuh 30 menit berjalan dari Bapa Tere,
dilanjutkan 55 menit untuk sampai di Sanggabuana I. Perjalanan untuk sampai
disini terasa lebih melamban, mungkin karena memang tenaga kami sudah mulai
terkuras. Kami beberapa kali berhenti untuk sekedar meneguk air dan memakan
permen.
Kami juga berhenti ketika Gori sudah benar benar tidak tahan unuk membuang hajat, sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama tapi aku memilih untuk menahannya karena terbatasnya air. Masih Hujan deras ketika kami memutuskan untuk camp di Sanggabuana II. Diam akan membuat kami semakin dingin, kami putuskan untuk bergerak mendirikan doom dan mencari air. Taklama kemudian doom kami berdiri ditengah guyuran air hujan, kami berteduh dan membuat makanan yang super pedas untuk menghangatkan tubuh, 5 mie instan dan kol mampu kami habiskan ber 3.
Kami juga berhenti ketika Gori sudah benar benar tidak tahan unuk membuang hajat, sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama tapi aku memilih untuk menahannya karena terbatasnya air. Masih Hujan deras ketika kami memutuskan untuk camp di Sanggabuana II. Diam akan membuat kami semakin dingin, kami putuskan untuk bergerak mendirikan doom dan mencari air. Taklama kemudian doom kami berdiri ditengah guyuran air hujan, kami berteduh dan membuat makanan yang super pedas untuk menghangatkan tubuh, 5 mie instan dan kol mampu kami habiskan ber 3.
11/2 2013
Jam 4 aku
terbangun. Rencana awal adik adik akmi akan berangkat jam 07.00 WIB tetapi
tetap saja perjalanan kami mulai jam 09.00 WIB. Kami harus melewati pos
Pangasinan terlebih dulu sebelum sampai Puncak. Jalur sampai pangasinan sangat
terjal.
40 menit mendaki batuan batuan besar dan lahan eidelwis, jam 11.30 WIB kami semua sampai I Puncak. Subhanallah Puncak Ciremai Sungguh Indah, tidak rugi perjuangan kami sampai disini ketika melihat keindahan Puncak Ciremai.
gambar kami beserta adik adik kami di atas puncak Ciremai
Puncak ciremai
Perjalanan
Turun
Puncak 3078mdpl tidak begitu jelas, tidak terdapat tanda puncak seperti halnya di Puncak panglangokan. Dari sini kami menemukan jalur turun yang serupa dengan jalur naik, dan itu cukup meyakinkan kami kalau kaki bakalan panas.
Pos pertama
yang kami lewati adalah Gua Walet (2950mdpl ). Tempatnya sangat cocok untuk
mendirikan camp karena sumber air yang melimpah dan terbebas dari angin gunung
yang sangat dingin.
Pos
berikutnya Sanghiyang Ropoh (2650 mdpl ). Butuh 30 menituntuk menggapai pos
ini, jalannya juga cocok untuk lari. Dari sini kami memprediksi mampu sampai
pos pendakian sebelum gelap.
Pasangrahan,
1jam 25 menit dari Sanghiyang Ropoh. Berupa dataran luas yang mampu memuat
sekitar 4 sampai 5 doom ukuran biasa. Jalur ini lebih panjang dan melelahkan.
Dari sini Adik kami sudah terlihat kelelahan, kami mencoba menggodanya agar
perjalanan terasa lebih ringan dan menyenagkan. Perjalanan mulai melambat
karena kakinya yang sudah mulai sakit.
Tanjakan
Asoi. Aku rasa dinamakan tanjakan asoi karena jalur jalur yang tak kunjung
henti dan terkadang menanjak. Jalur ini enak untuk turun bukan naik. Kami
sampai disini pukul 16.30, beristirahat sekedar untuk minum dan shalat.
Air Hujan
mulai turun perlahan membuat kami menjunjung kembali kerier kami dan melajutkan
perjalanan. Kaki adik kami semakin sakit, jalannya semakin melambat. Kami
selalu berusaha menyemangatinya. Kaki dan pundak kami pun semakin terasa panas.
Kami sampai Arban ( 2050mdpl ) pukul 17.00 WIB. Jalan semakin gelap,
terbatasnya penerangan yang kami bawa mempengaruhi kecepatan perjalanan kami.
Kami sampai
di Panggu Badak ( 1570 mdpl ) pukul 17.15 WIB dan Pos Cigowong (1450mdpl )17.45
WIB. Dari sini kami memutuskan untuk langsung turun karena bayangan kami pos 1
dengan pos pendakian itu dekat. Dan ternyata kami salah besar. Ini merupakan
titik terberat kami, perjalanan ini terasa sangat panjang, melelahkan dan
membosankan. Berhenti membuat pundak dan kaki kami terasa sakit.
Setiap harapan muncul ketika jalan didepan
kami mulai terlihat jelas, dan kepasrahan terlihat lagi karena keharusan
melewati hutan yang gelap lagi. Berjalan 2jam tak kunjung juga menemukan
peradaban. Saat itu adik kami sudah benar benar kelelahan untuk berjalan. Kami
(aku, Gori, Gendon ) putuskan untuk jalan duluan, dengan harapan mereka mau
mengikuti kami. Namun ternyata tidak, kami berjalan terlalu jauh dan membuat
jarat yang semakin jauh dengan mereka. Kami putuskan untuk berhenti dan
menunggu mereka baru melanjutkan perjalanan.
1jam
menunggu mereka tak kunjung datang. Kami mulai kedinginan dan memutuskan untuk
mendirikan doom dan camp satu kali lagi di area datar sekitar situ. Dengan
pertimbangan waktu dan kondisi mereka yang tak kunjung menyusul kami. Kami
hanya memiliki sisa 1 botol air, yang kami bagi separo untuk masak dan sisanya
untuk esok hari bekal perjalanan.
2 ½ jam
kemudian mereka berdua sampai di tempat kami mendirikan Camp. Sempat ingin
kembali melihat kondisi mereka, namun kami tak memiliki senterkami yang masih
menyala. Jafar membawakan kerier hesti, dengan 2 kerier dia berjalan menarik hesti yang sudah kelelahan.
Karena kondisi sudah malam kami meminta mereka mendirikan camp juga.
Keesokan
harinya keadaan hesti mulai membaik. Setelah menunggu mereka masak dan packing
kami melanjutkan perjalanan turun Pagi ini kami tidak sarapan karena bekal kami
yang mepet dan terbatasnya air yang ada. 09.00 WIB kami bergerak turun, jalur
yang kami lewati hampr sama dengan jalur semalam, masuk keluar hutan pinus. 50
menit Berjalan ahirnya kami melewati perkebunan warga,kemudian perlahan
melewati satu demi satu rumah warga. Kami sampai di pos pendakian pukul 09.30
WIB. Sayang pos pendakian kosong dan dalam kondisi di kunci, kami menghangatkan
perut dulu dengan memakan seporsi mie ayam dekat pos pendakian.
Penjual mie
ayam yang baik hati dan kasihan melihat kondisi kami yang kotor dan basah,
menawarkan kami untuk membersihkan diri di rumahnya. Setelah kami semua selesai membersihkan diri,
kami berpamitan dengan bapak penjual mie untuk melanjutkan perjalanan ke paman
nya mas gendon.
Kereta kami
berangkat dini hari, kami menghabiskan waktu di rumah alm wak Danu. Baru jam
23.00 WIB kami di antar ke stasiun untuk kembali ke Semarang.
komentar saya poskan...
BalasHapussampean angkatan sw y ?? hehhee
BalasHapusalay y mas tulisane,, maklum nembe sinau nulis :D